Minggu, 06 September 2009

GIZI DAN KUALITAS PAKAN PADA POLA BUDIDAYA IKAN BERKELANJUTAN


Pendahuluan

Pakan yang berkualitas, baik secara kandungan gizi dan maupun fisik merupakan kunci untuk mencapai tujuan-tujuan produksi dan ekonomi budidaya ikan yang berkelanjutan. Kualitas kegizian berarti pakan tersebut memenuhi semua kebutuhan gizi ikan melalui pencampuran bahan penyusun pakan (ingredients) yang bermutu dalam proporsi yang layak. Kualitas fisik berarti pakan tersebut segar dan dalam bentuk pelet yang bersih, keras dengan stabilitas air sebesar > 10 menit.

Gizi Ikan

Ikan budidaya di dalam dietnya (susunan makanan) membutuhkan protein, lemak, energi, vitamin dan mineral untuk pertumbuhan, reproduksi, dan fungsi fisiologis normal lainnya. Kebutuhan-kebutuhan ini agak bervariasi baik di antara jenis maupun di dalam jenis ikan, khususnya dalam hal tahapan siklus hidupnya, jenis kelamin, status reproduksinya dan lingkungannya.

Hara (nutrient) ikan budidaya dapat berasal dari sumber makanan, seperti plankton, bakteri, serangga dan ikan lain dari dalam ekosistem akuakultur, dan/atau bahan organik dan pakan olahan yang dimasukkan ke dalam ekosistem.

A. Protein dan Asam Amino

Protein merupakan senyawa polimer yang tersusun dari ikatan asam-asam amino. Pada ikan, protein tersusun sekitar 70% bobot kering bahan organik di dalam jaringan tubuh ikan, oleh karenanya, kandungan protein merupakan salah satu senyawa bergizi yang paling penting pada pakan ikan. Kandungan protein kasar merupakan ukuran umum bagi kualitas pakan ikan dan pertumbuhan ikan akan berbanding langsung dengan kandungan protein di dalam pakannya, jika kandungan itu berada dalam kisaran 20 – 40% protein kasar.Kebutuhan protein optimum untuk ikan bervariasi bergantung pada jenis ikan, tahap kehidupan, suhu air, konsumsi pakan, jumlah pemberian pakan harian, frekuensi pemberian pakan, kualitas protein (komposisi asam amino) dan kualitas energi non protein.

Ikan tidak membutuhkan protein dalam arti yang sebenarnya, tetapi memerlukan kombinasi seimbang 20 jenis asam amino esensial dan non-esensial utama yang menyusun protein. Ikan memanfaatkan protein pakan dengan mencernanya menjadi asam amino bebas yang dapat diserap ke dalam darah dan diedarkan ke jaringan di seluruh tubuh, yang kemudian disusun kembali menjadi protein jaringan ikan yang spesifik dan baru. Protein di dalam jaringan ikan dibentuk dari keseluruhan (20 jenis) asam amino utama. Ikan di dalam tubuhnya dapat mensintesis beberapa jenis asam-asam amino ini, tetapi beberapa asam amino lainnya tidak, oleh karena itu harus dikonsumsi. Kesepuluh jenis asam amino yang tidak dapat disintesis oleh ikan ini disebut ”asam amino esensial” sehingga harus disediakan dalam jumlah layak di dalam dietnya. Asam-asam amino esensial yang dibutuhkan oleh ikan dan hewan sama atau serupa, namun secara kuantitatif berbeda, sebagai contoh asam amino yang dibutuhkan oleh ikan lele, ikan mas dan ikan nila (Tabel 1).

Tabel 1. Kebutuhan asam amino ikan lele, ikan mas dan ikan nila dan ketersediaan asam amino bagi ikan lele dalam lima bahan penyusun pakan utama (sebagai basis terkomsumsi) (Schmittou, H.R., 1997)

Asam Amino

Kebutuhan bagi jenis ikan (% pakan)

Ketersedian sumber protein bagi ikan lele

(% bahan penyusun)

Ikan lele

Ikan mas

Ikan nila

Tepung ikan

Tepung kedelai

Tepung biji kapas

Dedak padi

Jagung Pipil

Arginin

1.38

1.37

1.34

3.41

2.93

3.81

0.68

0.35

Histidin

0.48

0.67

0.54

1.23

0.94

0.91

0.19

0.23

Isoleusin

0.38

0.80

0.99

2.51

1.62

1.09

0.40

0.24

Leusin

1.12

1.06

1.09

3.99

2.73

1.78

0.63

1.06

Lisin

1.63

1.82

1.63

4.08

2.52

1.20

0.46

0.24

Metionin + sistin

0.74

0.99

1.02

1.90

1.05

1.05

0.28

0.19

Fenilalanin + tirosin

1.60

2.07

1.82

3.90

2.89

2.63

1.04

0.68

Treonin

0.64

1.25

1.15

2.19

1.36

1.06

0.38

0.24

Triptopan

0.16

0.25

0.32

0.52

0.51

0.45

0.08

0.06

valin

0.96

1.15

0.90

2.80

1.59

1.43

0.62

0.33


Protein terdapat pada semua jenis hewan dan tumbuhan dalam jumlah dan komposisi asam amino yang bervariasi. Namun, setiap jenis protein bervariasi pula dalam kecernaan (daya cerna) dan kandungan asam amino yang tersedia bagi ikan. Oleh karenanya, komposisi asam amino dan ketersediaannya di dalam bahan penyusun pakan (ingredients) mungkin tidak seimbang dan mungkin terbatas dibandingkan dengan kebutuhan untuk jenis ikan spesifik. Sumber bahan baku pakan (feedstuffs) yang dikehendaki bagi penyediaan protein untuk pakan ikan sebagaian besar besar berasal dari tepung ikan, karena produk ini tinggi persentase kandungan protein kasarnya, mengandungan semua asam amino esensial berkadar tinggi. Tetapi penggunaan bahan alternatif lain sebagai pengganti tepung ikan ataupun bungkil kedelai telah mulai dicobakan, antara lain menggunakan tepung kedelai sebagai penggangi tepung ikan (Moreau, Y., et.al, 2005 ; Sudaryono, A., et. al. 2005).

B. Energi

Kebutuhan energi, dan yang lebih penting lagi, kebutuhan nisbah (rasio) energi : protein untuk ikan belum benar-benar mapan. Informasi yang tersedia relatif masih kurang dibandingkan dengan untuk hewan ternak. Ikan mempunyai kebutuhan energi diet yang lebih rendah dibandingkan dengan hewan ternak, karena ikan tidak mempunyai energi untuk menjaga suhu tubuh yang konstan, ikan menggunakan sedikit energi dalam mengekskresikan limbah protein (sekitar 85% limbah protein bernitrogen dari ikan dikeluarkan melalui insang dalam bentuk amonia), dan ikan membutuhkan sedikit energi dibandingkan dengan hewan daratan dalam menjaga posisinya di dalam air oleh sifat daya-apung (buoyancy) mereka netral.
Energi metabolik pada ikan dapat diperoleh dari protein, lemak dan karbohidrat. Jumlah energi tercerna (ET) yang dibutuhkan ikan dipengaruhi oleh jenis ikan, tahap kehidupan, jenis kelamin, tingkat aktivitas, suhu, berbagai kualitas air dan faktor-faktor lingkungan lainnya. Untuk kebutuhan energinya ikan budidaya menggunakan protein dan lemak sebagai sumber utama dan karbohidrat sebagai sumber kedua.

Nisbah optimum energi tercerna (ET) diet terhadap protein kasar untuk pertumbuhan ikan optimum agak bervariasi antara jenis ikan dan ukuran (bobot) tubuhnya disamping faktor-faktor lain yang telah disebutkan. Pada kandungan protein pakan sekitar 30-36%, kebutuhan energi sebesar 8,5-10% kkal ET/protein (2,500 – 3,800 kkal/kg pakan).

C. Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan esensial bagi pertumbuhan normal, reproduksi dan kesehatan ikan. Ikan tidak dapat mensintesis vitamin dan harus diperoleh dari dietnya. Ikan yang dipelihara dalam sistem budidaya intensif harus diberi pakan bergizi lengkap mengandung suplemen vitamin. Kebutuhan minimum bagi sebagian besar dari ke-14 jenis vitamin esensial untuk ikan lele, ikan mas, dan ikan nila telah ditetapkan (tabel 2). Saran-saran penggunaan sebaiknya menerangkan tentang kehilangan vitamin sewaktu pengolahan pakan dan kerusakan normal selama sampai 3 bulan dalam penyimpanan yang wajar. Saran-saran penggunaan juga disesuaikan terhadap perbedaan-perbedaan dalam kebutuhan vitamin individu akibat perbedaan jenis ikan, tahapan siklus hidup, laju pertumbuhan, formulasi pakan, penyakit, setres akibat fluktuasi normal di dalam lingkungan, ketersedian-hayati dan respon metabolik (pertumbuhan, resistensi penyakit, respon penstres).

Tabel 2. Vitamin mix untuk pakan olahan bagi ikan lele, ikan mas dan ikan nila yang dibudidayakan dalam kolam (Schmittou, H.R., 1997)

Vitamin

Jumlah/ton pakan

Vitamin A

5.5 juta IU (aktif)

Vitamin D3

2 juta IU (aktif)

Vitamin E

50 ribu IU

Vitamin K

10 g

Vitamin B1

20 g

Vitamin B2

20 g

Vitamin B6

10 g

Niasin

100 g

Asam Pantotenat

50 g

Kholin klorida (70%)

5 g

Asam folat

5 g

Vitamin B12

1 g

Biotin

1 g

Inositol

1000 g



Vitamin C (asam askorbat) merupakan hara penting dalam pakan ikan oleh fungsinyadalam sistem kekebalan tubuh, detoksifikasi senyawa toksik dan fungsi-fungsi fisiologis lainnya sebagai pereduksi metabolik. Tabel 3 memperlihatkan pengaruh peningkatan kadar vitamin C atas daya tahan (resistensi) tubuh terhadap penyakit bakterial pada ikan lele.

Tabel 3. Angka kematian (mortalitalitas) ikan lele yang diberi pakan berbagai kadar vitamin C dan diinfeksi dengan bakteri Edwardsiella ictaluri. (Schmittou, H.R., 1997)

Vitamin C (mg/kg pakan

Kematian dalam 8 hari (%)

0

100

60

70

150

35

300

15

3000

0



Pengaruh defisiensi vitamin terhadap ikan budidaya sangat banyak dan beberapa diantaranya kritis. Gejala defisiensi vitamin yang paling menonjol untuk sebagian besar vitamin dan hara lainnya adalah terhambatnya pertumbuhan badan, kurang nafsunya makan dan kelesuan.

Vitamin terdapat di dalam semua pakan dan bahan penyusun pakan. Namun, vitamin-vitamin ini kandungannya sangat bervariasi dan tak dapat diduga dan untuk sebagian besar diabaikan ketika memformulasikan pakan bergizi lengkap. Vitamin harus masih baru ketika dimasukkan ke dalam ke dalam pakan untuk menjamin aktivitasnya, dikemas dalam wadah tersalut yang kedap udara dan hampa udara, disimpan dalam lingkungan yang sejuk sampai saat digunakan, dimasukkan ke dalam pakan dalam waktu enam bulan sejak pengemasan, dan pakan tersebut di simpan dalam lingkungan yang sejuk, kering dan digunakan dalam waktu 3 bulan.

D. Mineral

Suplemen mineral diperlukan dalam pakan ikan bergizi lengkap. Ikan memerlukan sampai 22 jenis mineral yang berbeda untuk pembentukkan jaringan, proses-proses metabolik dan menjaga keseimbangan osmotik antara cairan tubuh internal dan lingkungan airnya.

Defisiensi mineral diet pada ikan budidaya belum berkembang sebaik defisiensi vitamin. Gejala defisiensi yang sudah diketahui dan baru diduga adalah terhambatnya laju pertumbuhan, nafsu makan berkurang dan cacat tulang rangka. Defisiensi yang lazim dijumpai ialah yang berkaitan dengan kalsium dan fosfor, dua jenis mineral yang paling banyak dibutuhkan. Kebanyakan ikan air tawardapat menyerap kalsium dalam jumlah mencukupi dari air, kecuali jika kandungan kalsium karbonat di dalam air berada di bawah 5 mg/l, sehingga tidak diperlukan didalam campuran pakan. Namun, fosfor suplemen diperlukan di dalam pakan, karena konsentrasi fosfor terlarut di dalam sebagian besar perairan air tawar terlalu rendah bila dianggap sebagai sumber fosfor yang nyata bagi ikan.

Pakan Ikan

A. Pakan untuk ikan kolam

Pakan untuk ikan yang dibudidayakan secara intensif di dalam kolam harus bergizi lengkap dan sebaiknya bergizi seimbang. Seluruh kebutuhan hara bagi semua jenis ikan budidaya saat ini belum diketahui, namun kebutuhan hara untuk ikan lele, ikan mas, dan ikan nila biasanya dapat digunakan untuk jenis ikan air tawar lainnya yang serupa.

Pakan pelet kering bergizi lengkap dibutuhkan untuk ikan tersebut yang dibudidayakan secara intensif. Pakan alami tidak dianjurkan, kecuali rerumputan (rumput dan bentuk vegetasi segar lainnya), yang mungkin dapat digunakan bersama pakan pelet untuk ikan herbivora seperti grass carp. Perbandingan relatif faktor-faktor utama antara sumber pakan alami dan pakan pelet kering dalam tabel 4. Pakan ikan berbentuk pelet, dalam proses pembuatannya dapat dibuat baik dengan cara kompresi maupun ekstruksi.

Tabel 4. Perbandingan faktor-faktor utama antara pakan alami dan pakan pelet (Schmittou, H.R., 1997)

Faktor

Pakan alami

Pakan pelet

Kandungan uap air

Tinggi (±80%)

Rendah (±10%)

kualitas gizi

Rendah

Tinggi

Kuantitas gizi

Rendah

Tinggi

Kualitas limbah

Tinggi

Rendah

Potensi polusi lingkungan

Tinggi

Rendah

Potensi penyebaran penyakit

Tinggi

Rendah

Efesiensi pakan

Rendah

Tinggi

Biaya per keuntungan

Tinggi

Rendah



B. Pembuatan pakan pelet

Pengendalian kualitas dalam memilih bahan penyusun pakan merupakan hal yang penting dalam proses pembuatan pakan pelet. Pemilihan bahan penyusun bagi pakan didasarkan atas pemenuhan kebutuhan gizi dengan harga terendah. Pemilihan didasarkan atas batas-batas maksimum-minimum sesuatu bahan penyusun tertentu yang dapat dimasukkan/dicampurkan ke dalam pakan. Batas-batas maksimum biasanya bersifat spesifik oleh adanya bahan-bahan alami yang toksik yang mungkin terkandung di dalam bahan. Sedangkan batas-batas miinimun biasanya bersifat spesifik oleh adanya fungsi khusus bahan penyusunnya, misalnya stabilitas pelet dalam air.

C. Formulasi pakan ikan

Formula pakan ikan kolam dalam bentuk pelet kering telah dikembangkan sebagai formulasi tetap dan formulasi harga terendah atau suatu kombinasi keduanya.Pakan formulasi tetap adalah pakan ikan yang dihasilkan dari formula yang disusun dari bahan-bahan penyusun tertentu tanpa banyak mengubah bahan penyusun tersebut meskipun harganya berubah. Tabel 5 merupakan salah satu contoh pakan formulasi tetap. Sedangkan pakan dengan harga terendah adalah pakan yang dihasilkan dari pilihan berbagai jenis bahan penyusun yang secara kolektif harus memenuhi batasan-batasan gizi minimum.

Tabel 5. Model pakan bergizi lengkap (32% protein) untuk ikan lele, mas dan ikan nila yang dibudidayakan dalam kolam (Schmittou, H.R., 1997)

Bahan Penyusun

Kg/ton pakan

Tepung ikan (61% protein)

100

Tepung kedelai (44 – 48% protein)

400

Tepung gandum

225

Dedak padi/jagung

140

T. biji kapuk

52

T. biji lobak

50

minyak ikan

20

Vit. Mix

1.5

Mineral mix.

1

Mono kalsium fosfat

10

As. Askorbat

0.5

Total

1000 g



Kualitas Pakan

Pakan ikan dinilai dari segi kualitas kegizian dan fisiknya. Berikut ini faktor-faktor yang harus diperhatikan/diperiksa jika kita membuat atau menerima pakan:
• Tidak boleh ada kapang – dapat diamati dengan mata dan melalui baunya
• Debu halus atau debu pakan <= 1% - dapat dilihat dengan mata • Stabilitas air yang buruk (10 menit untuk pelet kompresi dan 1 jam untuk pelet ekstruksi) • Tidak keras (pakan berikatan longgar) – dengan jari • Hasil gilingan bahan penyusun pakan kasar – dengan mata • Informasi label pakan Dengan menggunakan pakan berkualitas dan program pemberian pakan yang baik, untuk sebagian jenis ikan yang sedang tumbuh (pembesaran) dari sekitar 40 sampai 600 g, nisbah konversi pakan (NPK) sebaiknya sekitar 1,5 ± 0,2 (yang tepat ialah NPK yang lebih rendah dan mungkin menjadi kebutuhan yang legal di tahun–tahun mendatang). NPK yang lebih tinggi akan mubazir dan mahal. Dalam batas-batas tertentu, semakin tinggi kualitas pakan, maka: • Semakin rendah NPK-nya • Semakin tinggi laju pertumbuhannya • Semakin tinggi hasil panenannya • Semakin tinggi kesehatan ikannya dan semakin rendah kejadian dan keparahan penyakitnya • Semakin rendah kualitas limbah yang masuk ke dalam lingkungan • Semakin tinggi kualitas airnya • Semakin rendah frekuensi dan jumlah aerasi serta pertukaran airnya • Semakin rendah kemungkinan ikan berbau menyimpang • Semakin tinggi harga pakannya, tetapi semakin rendah biaya produksinya. Daftar Pustaka

Moreau, Y., A. Hadadi & Emertus. 2005. Influence of Daily Protein Supply on Efficiency of Fishmeal Protein Substitution by Soybean Protein in Baung Juveniles Hemibagrus nemurus.
Schmittou, H.R & Emertus. 2004 Principles and Practices of 80:20 Pond Fish Farming. Terjemahan dari : Hastiono, S & Tangendjaja, B.
Sudaryono, A., Shin-ichi Teshima & Shunsuke Koshio. 2005. Evalution of Azola Meal as an Alternative to soybean meal in Juvenil Penaeus monodon Diets.

Tentang Penulis:

Herry adalah Perekayasa pada Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, devisi pakan. Konsultasi bisnis seputar pakan ikan dan analisa laboratorium, silahkan kontak kami.

!joomlacomment 4.0 Copyright (C) 2009 Compojoom.com . All rights reserved."

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Bolehkah ikan lele diberi makan telur ayam atau telur puyuh? bila boleh apakah telur itu bisa diberikan dalam bentuk mentah ataukah harus direbus terlebih dahulu?

Posting Komentar

 

©2009 Mina Lestari | by BDA