Kamis, 30 September 2010

BAGAIMANA CARA BERTELUR IKAN AIR TAWAR





CARA REPRODUKSI IKAN

Secara umum diketahui bahwa ikan memperbanyak diri secara seksual dengan bertelur. Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri, dijumpai beberapa variasi dari cara bertelur ikan tersebut. Apakah itu suatu penyimpangan?? Tentunya bukan.

Reproduksi ikan diawali dengan bercampurnya spermatozoid dari ikan jantan dengan telur (ovum) dari ikan betina sehingga menghasilkan telur yang dibuahi. Selanjutnya telur ini akan mengalami pembelahan sel berulang-ulang, berkembang dan akhirnya membentuk individu baru.

Pada sebagian besar ikan, betina dan jantan merupakan individu terpisah. Akan tetapi pada beberapa fimili, seperti Sparidae dan Serranidae, jantan dan betinanya bisa terdapat pada satu invidu sehingga mereka dapat melakukan pembuahan sendiri. Fenomena ini dikenal sebagai hermaphroditik (Dalam mitologi Yunani Hermaphrodite adalah anak Mercurius (Hermes) dengan Venus (Aphrodite) yang mempunyai perpaduan pria dan wanita dalam dirinya). Pada hermaphroditik, telur dan sperma sama-sama dihasilkan (baik pada waktu bersamaan, maupun berbeda), selanjutnya mereka “kimpoi” dengan jenis hermaprodit lainnya. Pembuahan sendiri secara eksternal bisa terjadi pada ikan hermaphrodit yang akan mengeluarkan telur dan sperma secara simultan. Pada jenis hermaphrodit yang lain pembuahan internal sendiri juga dapat berlangsung.

Pada kasus Mollie Amazon dijumpai pula keunikan lain dalam cara reproduksinya. Yaitu, Mollie Amazon betina akan kimpoi dengan jenis Mollinesia lainnya, akan tetapi spermanya tidak sampai bercampur dengan sel telur. Uniknya, telur yang tidak dibuahi ini akan tetap mampu berkembang dan membelah diri serta menghasilkan individu baru. Fenomena ini dikenal sebagai gynogenesis atau pseudogamy.

Terjadinya individu baru ikan melalui proses tanpa pembuahan, atau dikenal sebagai parthenogenesis, juga dilaporkan berlangsung pada spesies Poecilia formosa .

Proses reproduksi pada sebagian besar ikan hias, pada umumnya berlangsung melalui pembuahan telur yang terjadi di luar tubuh ikan. Dalam hal ini, ikan jantan dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan mengeluarkan telur. Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur ini bercampur di dalam air. Cara reproduksi demikian dikenal sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh induk ikan.

Selain oviparus, dikenal pula cara reproduksi lain, yaitu ovoviviparus dan viviparus. Ovoviviparus merupakan suatu cara reproduksi dimana embrio ikan berkembang di dalam tumbuh induk betina akan tetapi tidak mendapatkan suplai makanan dari induk tersebut. Dalam hal ini tidak ada transfer makanan dari induk ke embrio. Dengan kata lain induk hanya memberi perlindungan saja, tapi tidak memberi makan. Cara reproduksi demikian dijumpai misalnya pada beberapa jenis Charasin seperti Corynopoma riisei . Pada saat kimpoi si jantan akan mendekatkan diri pada si betina selama beberapa saat kemudian akan melepaskan paket-paket sperma kedalam saluran telur (oviduct) si betina. Si betina selanjutnya akan dapat menghasilkan telur-telur yang dibuahi selama beberapa bulan, tanpa perlu kimpoi lagi.



Viviparus adalah suatu cara reproduksi yang kurang lebih mirip dengan proses reproduksi yang terjadi pada mamalia. Dalam proses ini struktur menyerupai plasenta (ari-ari) akan terbentuk dan telur yang dibuahi selanjutnya akan mendapatkan makanan dari induk ikan melalui plasenta tersebut. Pada famili Enbitocidae, misalnya, embrio ikan akan mendapatkan makanan dari induknya hingga tumbuh dan mencapai ukuran 1.75 inchi. Baru kemudian dilahirkan. Ikan jantan yang dilahirkan biasanya akan sudah dalam keadaan matang seksual. Pada Heterandria formosa dapat dijumpai sejumlah embrio dengan usia berbeda dalam rongga ovarianya. Prosesnya didahului dengan lepasnya telur matang dari ovari kedalam rongga ovaria secara bertahap, kemudian dibuahi oleh paket sperma yang sudah ada disana. Bayi-bayi ikan kemudian akan dilahirkan 2 – 3 ekor setiap hari, selama periode 1- 2 minggu.

Dalam kasus ovoviviparus dan viviparus, ikan betina dapat menyimpan paket sperma hingga selama 8 – 10 bulan. Selain itu pada beberapa kasus, seekor ikan betina bisa juga menyimpan sperma dari beberapa jantan sekaligus.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari cara reproduksinya ikan dapat dibagi menjadi golongan bertelur (egg layer) atau oviparus dan golongan “melahirkan” (live bearer). Golongan “melahirkan” ini terdiri dari ovoviviparus dan viviparus. Sedangkan dari proses reproduksinya dapat digolongkan menjadi heteroseksual, hermaphroditik, dan parthenogenetik.

Sumber:
http://all-mistery.blogspot.com/2010/06/bagaimana-cara-bertelur-ikan-tawar.html
[ ... ]

BETERNAK IKAN LELE





PERTIMBANGAN

Ikan ini cukup banyak penggemarnya di masyarakat (coba saja lihat warung-warung pecel lele, ramai terus kan). Sekarang ini, ekspor lele sudah dilakukan oleh perusahaan
dari Belanda. Mereka sudah bisa mengekspor 20 ton lele per hari. vietnam mengekspor 70.000 ton lele pd tahun 2005 untuk pasar amerika dan eropa dengan kisaran harga $ 2,8/kg Dan untuk pasar local bekisar Rp.6.000 s/d Rp.10.000 /kg
Modal yang dibutuhkan tidak besar berkisar 300 – 500 ribuan.
Syaratnya punya tanah/lahan yang kosong agak cukup luas, minimal 3 x 6 meter.

Ayo, coba ukur tanah samping/depan/belakang rumah anda atau bisa menyewa
tempat?

Ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Hewan yang di Amerika Serikat disebut Cat Fish ini benar-benar berpotensi memuaskan hobi memelihara binatang dan mendatangkan pemasukan tambahan bagi Anda.

PERSIAPAN

Buat 1 kolam ukuran kecil 2m x 3m, gali tanah sedalam 30 cm, tanah galian lalu urug-kan saja ke sekitar pinggir calon kolam. Terus beli terpal plastik yang banyak dijual di toko, seharga 50 ribuan (yang lebih mahal juga ada), tapi ini kualitasnya sudah cukup bagus. Pasang terpal plastik ke lubang kolam yang telah digali, kedalaman tanah 30 cm, tinggi permukaan tanah (dengan tanah urug sebelumnya) naik kan jadi 20-30 cm lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Sebagian di atas kolam dibuat atap pelindung, juga bagus. Sebagian terkena cahaya langsung matahari.
info: Kalau air terlalu dangkal ukuran lele menjadi terlalu pendek karena ikan kurang bergerak.

Jadilah kolam kita yang berbiaya murah. hemat biaya pasir dan semen, serta ongkos tukang bukan?

Isi kolam dengan air bebas pencemaran bisa berasal dari air sungai, sumur, PAM yg sudah diendapkan. kolam sebaiknya diberi pupuk kandang,urea,tsp dan didiamkan minimal 1 minggu agar terbentuk pakan alami berupa plankton, kolam harus dlm kondisi air tdk jalan krn lele rentan terhadap perubahan air yg terus menerus dan lele akan selalu meloncat kearah sumber air mengalir. kedalaman kolam sebaiknya 120 cm dgn ketinggian air 80 cm. Air kondisikan alami seperti di rawa/sungai, perbanyak tanaman air. Beri tanam-tanaman air juga bagus, semisal teratai, ganggang air, kangkung, dsb.
sampai satu minggu jgn dulu kasih pakan (biarkan lele makan pakan alami tadi)
Berikutnya, beli benih ikan lele, dengan ukuran sebesar ibu jari orang dewasa, harganya sekitar 200-300 rupiah per ekor. (terkadang kalo beli bibit ada minimal order)
Coba isi kolam tadi dengan 300-400 ekor benih ikan lele.

Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/M2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam.

PAKAN

Berikan pakan dua kali dalam sehari. Pakannya adalah pelet dan menu tambahan cacahan jeroan ayam. Menu tambahan ini ikan bisa cepat besar. Menu tambahan ini juga meningkatkan pertumbuhan lele. “Kalau biasanya sekilo ada tujuh ekor, setelah diberi pakan tambahan sekilo cuma enam ekor,”

Kalau ada sisa nasi makan malam/siang, masukkan saja ke kolam, biar nambah-nambah zat makanan.

atau bisa juga pakan utama menggunakan pakan pabrik dgn kandungan protein >32% dan dpt diberi pakan tambahan berupa limbah peternakan ayam spt bangkai ayam,usus,telur yg gagal tetas dng terlebih dahulu dibakar/direbus. atau dengan jeroan ikan,atau ikan-ikan buangan(dipasar bnyk koq).
–tidak wajib—
Untuk tambahan Pakannya sediakan seperti dibawah ini;
1. Ampas tahu
2. Katul (dedek halus) dari padi
3. Ikan Asin BS(dihaluskan)lbh bgs di rebus dgn perbandingan 10:5:1 jd setiap 10 kg ampas tahu,+5kg katul,+ 1kg ikan asin bs aduk jd satu, berikan sesuai kebutuhan.

(warning) : piara lele bau (bagi yang sensitif bau) lho… harus tahan juga.

Kalau di awal-awal menabur benih, sebagian ikan mati, jangan panik, ambil saja, buang.
1 minggu mungkin sekitar 20-30 ekor.
3-4 hari berikutnya ikan akan bertahan hidup normal koq. Nah, tinggal menunggu sekitar 3 bulan, ikan sudah cukup besar untuk bisa dipanen, dijual dengan harga sekitar 1000 rupiah per ekor. (asumsi sekilo Rp.7000, biasanya ada 7 ekor lele)

Bibit lele biasanya dibeli dari pasar atau peternak lele (yang memproduksi benih).
hati-hati dengan bibit yang kuntet (tidak bisa gede)

atau kalau kita sendiri punya lahan sangat luas, bisa membeli 3-4 pasang induk yang siap bertelur (harga mungkin sekitar 100 ribu per pasang), sekali bertelur jumlahnya bisa mencapai ratusan ribu tuh, kalau cara merawatnya berhasil banyak yang berhasil hidup dan tumbuh besar, mungkin butuh kolam ukuran 3×4 m sebanyak 3-4 buah kolam untuk menampung telur.

PEMASARAN

Bisa di lingkungan kita sendiri, tawarkan ke pengumpul benih, atau yang sudah besar tawarkan ke warung-warung makan lele atau jual ke pasar, ke tukang sayur keliling, pemancingan2 ikan lele, dll harganya mungkin +/- Rp. 7000/kg

Pokoknya jangan jual lele pada bulan-bulan yang tidak ada huruf ‘r’-nya (mei, juni, juli,agustus ?) Mengapa? Pada bulan-bulan itu banyak petani lele mengobral lelenya dengan harga murah karena mereka butuh biaya sekolah anak-anaknya

Bikin saja tulisan di depan rumah “JUAL IKAN LELE KONSUMSI, SEGAR, GURIH”
Kalau tanah cukup luas, berarti bisa bikin 2-3 kolam lagi yang serupa.

Harga jual lele mencapai puncak paling mahal pada Januari. Pada bulan Januari pasokan lele berkurang karena pembibitan lele banyak yang gagal. Banyak telur gagal menetas lantaran pengaruh musim hujan. Berdasarkan pengalaman Vian, air hujan bisa menurunkan derajat keasaman (pH) air kolam.

SEGI TEKNIS

Sebenarnya budi daya lele tidak terlalu direpotkan dengan masalah air. Daya tahan
lele sangat tinggi. “Asalkan air selalu penuh dan cukup pakan,” kata semua pakar lele,
lebih jauh lagi kalo mau tahu Syarat Teknis-nya…

1) Budidaya lele dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m – 800 m dpl
2) Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.

3) pH air yang ideal berkisar antara 6 – 9.
4) Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.

Satu bulan setelah bibit dilepas, kolam dijarangkan, lele disortir lele yang besar-besar sebesar batu baterai. Sekitar empat kwintal lele sebesar batu baterai itu dipindahkan ke kolam lain. Tujuannya supaya dalam satu kolam ukuran ikan lele seragam. Kalau tidak seragam lele yang kecil dimakan lele yang lebih besar. sortir secara kontinue (2 atau 3minggu sekali) untuk memisahkan ukuran yang besar dan yang kecil untuk mencegah kanibalisme dan kerugian panen.

tehniknya: mungkin perlu punya lebih dari satu kolam, atau ada yang disekat dengan jaring.
Seandainya pakan tidak dikombinasi dengan jeroan ayam, satu periode panen memerlukan 30 karung pelet. Jika ditambah jeroan ayam sebanyak 50 kg dalam satu periode pemeliharaan, pelet bisa dikurangi separuhnya.

Selain itu, masa panen (ukuran konsumsi) lele relatif lebih cepat daripada ikan konsumsi lainnya. “Kalau gurami baru bisa dipanen sekitar delapan bulan. Lele sekitar 50 hari,” kata seorang peternak lele.

Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. jadi pikirkan trick-tricknya biar tidak di PATIL.

Selamat mencoba!

Kalau stress, coba ambil pakan ikan, malam-malam menjelang maghrib, taburkan ke atas kolam, lihat betapa asyiknya melihat ikan-ikan berlomba memangsa makanan
Jangan lupa, perdalam ilmu memelihara ikan dengan menggali ilmu dari buku-buku di toko buku.
[ ... ]

RAHASIA MEMBUAT KOLAM IKAN HIAS





MENGHADIRKAN kolam ikan di pekarangan menjadi salah satu cara jitu untuk memunculkan hawa sejuk di sekitar hunian. Tak perlu dana besar untuk membuat "rumah" bagi hewan air itu.

Gemericik air akan membuat suasana rumah dan pekarangan yang gersang menjadi lebih sejuk dan dingin. Apalagi jika kolam itu berisi ikan-ikan cantik beraneka warna. Kepenatan Anda akan hilang seketika. Air memang dipercaya membawa unsur kedamaian serta ketenangan. Air juga bisa menjadi terapi pikiran dan jiwa.


Dengan kemajuan teknologi saat ini, tidak sulit bagi Anda membuat kolam ikan sendiri. Anda tidak perlu membayar mahal untuk mendatangkan ahlinya. Cukup dengan desain simpel dan Anda tinggal menyuruh tukang kepercayaan Anda untuk membangunnya.

Tahap pertama pembangunan kolam taman adalah dengan merencanakan lokasi. Pilih tempat yang sesuai dengan interior hunian, sehingga kolam bisa terlihat bahkan gemericik airnya terdengar sampai ke dalam rumah. Perhatikan pula ketersediaan sinar matahari terhadap tumbuhan air. Aksesibilitas pada pasokan air dan listrik juga jangan diabaikan bila kolam Anda memerlukan pompa, lampu, dan aksesori lainnya. Penentuan lokasi kolam disesuaikan dengan tujuan serta kebutuhan pembuatannya.

Setelah itu, tentukan metode pembuatannya. Apakah Anda akan menggunakan beton sebagai bahan dasar kolam? Kolam dari bahan dasar beton memang tahan lama. Namun, bila tidak tahu bagaimana mencampuradukkan "adonan" beton dengan tepat, kolam tersebut nanti malah akan retak dan pecah-pecah.Kolam dari beton hanya bisa dikerjakan oleh ahlinya.

Ukuran kolam tidak perlu dipermasalahkan. Kolam kecil juga bisa jadi secantik kolam besar. Hanya, perhatikan bila Anda ingin mengisi kolam tersebut dengan ikan.

Bagi pencinta ikan koi, sebaiknya memiliki kolam yang cenderung luas. Perhatikan juga kedalamannya. Jangan sampai terlalu dangkal karena bisa-bisa saat hujan, air kolam menjadi penuh dan ikan Anda meluncur ke luar. Belum lagi ancaman dari predator seperti kucing.

Anda boleh memasang keramik atau batu alam sebagai pelapis dinding kolam. Namun, kata Diana, dua material tersebut berpotensi menjadi tempat tumbuh lumut apabila tidak dijaga dan dirawat secara baik.Lumut yang tebal membuat kolam jadi terlihat hijau keruh. Belum lagi nyamuk akan senang bertelur di situ.

Bila dana Anda terbatas, detail kolam tidak perlu terlalu rumit. Agar tetap terlihat cantik, Anda bisa menambahkan hiasan air mancur atau water fountain. Water fountain akan menambah daya tarik kolam. Selain itu, air yang diputar terus-menerus oleh mesin penggerak air akan mengganti oksigen yang berguna bagi kelangsungan hidup ikan yang ada di dalamnya.

Sebaiknya aliran pembuangan air kolam dibuat di dasar kolam, dengan tutupan yang mudah dibuka dan tutup kembali. Tutupan ini bisa menggunakan karet atau besi yang tidak mudah berkarat. Fungsinya agar ketika dibersihkan air dan kotoran dapat terbuang secara baik.

Kolam ikan yang indah tak selalu memerlukan dana mahal. Dengan Rp1.000.000-an, Anda sudah bisa memiliki kolam dengan konsep standar. Namun, bila ingin menggunakan relief serta water fountain, setidaknya Anda harus menyediakan dana minimal Rp3 juta.
[ ... ]

KELAYAKAN INVESTASI USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG




Kelayakan Investasi: Untuk menentukan kelayakan finansial dari usaha budidaya ikan bandeng dengan jaring apung dilakukan analisis dalam beberapa kriteria meliputi periode pengembalian (pay-back periods, PBP), rasio manfaat biaya (benefit cost ratio, BCR), nilai tunai neto (net present value, NPV), tingkat penghasilan internal (internal rate of return, IRR), dan titik impas (break-event point, BEP). Hasil analisis kelayakan usaha pembesaran bandeng dengan petak tambak dan dengan jaring apung dapat dilihat pada tabel berikut.

Hasil analisis pada Tabel menunjukkan, usaha pembesaran bandeng dalam tambak mampu mengembalikan seluruh modal investasi dalam waktu 2.4 tahun. Sementara itu, budidaya bandeng dengan jaring apung mampu mengembalikan seluruh modal investasi dan modal kerja baik komponen kredit maupun modal sendiri dalam waktu kurang dari dua tahun

Hasil Analisis Budidaya Pembesaran Ikan Bandeng dengan Petak Tambak dan Jaring Apung


Petak Tambak 1 ha

(1 musim = 5 bulan)

Jaring Apung 2 Unit

(1 musim = 4 bulan)

PBP (tahun)

2,40

2,19

BCR (DF = 19% pa)

1,59

2,15

NPV (DF = 19% pa)

12.419.691

118.648.777

IRR

33%

51%

BEP Vol (Kg)

2294,19

8923,40






Rasio manfaat biaya neto (BCR) pada usaha pembesaran dengan tambak dan jaring apung, masing-masing adalah 1.59 dan 2.15. Sementara itu, nilai tunai neto (NPV), IRR, dan BEP investasi usaha pembesaran dengan tambak masing-masing adalah sebesar Rp 12.419.691,-, 33 %, dan 2.294.19 kg. Sedangkan untuk jaring apung bandeng, ketiga nilai tersebut masing-masing Rp, 118.648.777-, 62%, dan 8923.4 kg.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas tiap-tiap kriteria kelayakan dilakukan untuk mengetahui perubahan nilai kelayakan yang terjadi dalam merespon perubahan dalam harga jual ikan per kilogram, serta perubahan dalam biaya operasional. BCR dan NPV dihitung pada tingkat diskonto (discount rate) 19 persen per tahun atau masing-masing 7.9 persen per musim untuk usaha tambak dan 6.3 persen per musim untuk usaha jaring apung bandeng. Hasil analisis sensitivitas dapat dilihat pada .
Hasil Analisis Sensitivitas Budidaya Tambak Ikan Bandeng

(Skala 1 ha)

Uraian

Sensitivitas

1)

2)

3)

4)

PBP (musim)

3,12

3,10

3,15

3,15

BCR (DF = 19% pa)

1,18

1,19

1,17

1,17

NPV (Rp 000)

539.542

831.391

284.166

211.343

IRR

0,20

0,20

0,19

0,19

BEP Vol (Kg)

2.493,67

2.294,17

2.294,16

2.294,17


Keterangan :

Sensitivitas 1 : Penurunan harga jual sebesar 12 %

Sensitivitas 2 Kenaikan Biaya Operasional sebesar 15 %

Sensitivitas 3 Kenaikan Harga Pakan 24 %

Sensitivitas 4 Tingkat kematian ikan naik 12 %



Hasil Analisis Sensitivitas Budidaya Ikan Bandeng Jaring Apung Skala 2 Unit


Sensitivitas

1)

2)

3)

4)

PBP (musim)

3,39

3,40

3,38

3,36

BCR (DF = 19% pa)

1,14

1,13

1,14

1,14

NPV (Rp 000)

1.379.166

463.544

1.266.968

615.535

IRR

0,19

0,19

0,19

0,19

BEP Vol (Kg)

8.923,25

8.923,24

8.923,24

8.923,25



Keterangan:

Sensitivitas 1 ; Penurunan harga jual 8 %

Sensitivitas 2 , Kenaikan Biaya Operasional % 10 %

Sinsitivitas 3 ;Kenaikan Harga Pakan 18%

Hasil Panen Turun 9 %



Dari hasil perhitungan uji sensitivitas seperti yang diperlihatkan pada Tabel diketahui bahwa baik budidaya bandeng dengan tambak maupun dengan jaring apung mempunyai kondisi finansial yang cukup baik. Beberapa perubahan yang dilakukan dalam perhitungan tersebut menunjukkan bahwa usaha budidaya bandeng tersebut tetap layak. Produktivitas per kolam yang sangat tinggi membuat usaha budidaya bandeng di jaring apung relatif lebih sensitif dibanding budidaya di kolam tambak. Demikian juga dengan adanya perubahan (kenaikan) biaya operasional.

Sumber:
http://binaukm.com/2010/04/kelayakan-investasi-dalam-usaha-budidaya-ikan-bandeng...

[ ... ]

TEKNIK BUDIDAYA IKAN ARWANA





Budidaya Ikan arwana bukanlah sesuatu yang mudah anda harus mempelajari beberapa tehik atau cara untuk membudidayakan Ikan arwana ini,saya sech ga tau yang profesional tapi kalau cara budidaya ikan arwana yang dasar adalah sebagai berikut :

Pemeliharaan Induk

Induk dipelihara dalam kolam berukuran 5 x 5 m dengan kedalaman air 0,5-0,75 m. Kolam ditutup plastik setinggi 0,75 m untuk mencegah lompatan ikan.

Ruangan pemijahan dibangun di pojok perkolaman dan ditambah dengan beberapa kayu gelondongan untuk memberikan kesan alami. Batu dan kerikil dihindari karena dapat melukai ikan atau dapat tercampur pakan secara tidak sengaja.

Kolam pembesaran dibangun di area tenang dan ditutup sebagian, dan dijauhkan dari sinar matahari langsung. Induk dipelihara dalam kolam pembesaran hingga mencapai matang gonad.

Pengelolaan Kualitas Air

Kualitas air dijaga agar mendekati lingkungan alami arwana yaitu pH 6,8-7,5 dan suhu 27-29 C. Penggantian air dilakukan sebanyak 30-34% dari total volume dengan air deklorinisasi.

Pemberian Pakan

Keseimbangan gizi sangat penting bagi kematangan gonad dan pemijahan. Induk diberikan pakan bervariasi yang mengandung kadar protein tinggi. Pakan diberikan setiap hari dalam bentuk ikan/udang hidup atau runcah, dan ditambah pelet dengan kadar protein 32 %. Jumlah pemberian pakan per hari adalah 2 % dari bobot total tubuh.

Kematangan gonad

Matang gonad terjadi pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh 45-60cm.
Pemijahan terjadi sepanjang tahun, dan mencapai puncaknya antara bulan Juli dan Desember. Induk jantan di alam akan menjaga telur yang sudah dibuahi dalam mulutnya hingga 2 bulan ketika larva mulai dapat berenang.

Arwana betina mempunyai ovarium tunggal yang mengandung 20-30 ova besar dengan diameter rata-rata 1,9 cm dengan kematangan berbeda-beda. Induk jantan dewasa juga mempunyai sebuah organ vital menyerupai testis.

Pembedaan Kelamin

Juvenil sulit dibedakan jenis kelaminnya. Perbedaan akan muncul setelah ikan berukur 3-4 tahun.

Pembedaan jenis kelamin diketahui melalui bentuk tubuh dan lebar mulut. Arwana jantan mempunyai tubuh lebih langsing dan sempit, mulut lebih besar dan warna lebih mencolok daripada betina. Mulut yang melebar dengan rongga besar digunakan untuk tujuan inkubasi telur. Perbedaan lain adalah ukuran kepala jantan relatif lebih besar, sifat lebih agresif termasuk dalam perebutan makanan.

Kebiasaan Pemijahan

Tingkah laku arwana sangat unik selama masa pengenalan lain jenis. Masa ini berlangsung selama beberapa minggu atau bulan sebelum mereka mulai menjadi pasangan. Hal ini dapat diamati pada waktu malam, ketika ikan berenang mendekati permukaan air. Arwana jantan mengejar betina sekeliling kolam, terkadang pasangan membentuk lingkaran (hidung menghadap ke ekor pasangan).

Sekitar 1-2 minggu sebelum pemijahan, ikan berenang bersisian dengan tubuh seling menempel. Terjadilah pelepasan sejumlah telur berwarna jingga kemerahan, Jantan membuahi telur dan kemudian mengumpulkan telurdi mulitnya untuk diinkubasi sampai larva dapat berenang dan bertahan sendiri. Diameter telur 8-10 mm dan kaya akan kuning telur dan menetas sekitar seminggu setelah pembuahan. Setelah penetasan, larva muda hidup dalam mulut jantan hingga 7-8 minggu sampai kuning telur diserap total. Larva lepas dari mulut dan menjadi mandiri setelah ukuran tubuh 45-50 mm.

2. Panen Larva

Inkubasi telur secara normal adalah membutuhkan 8 minggu. Untuk memperpendek waktu, telur yang sudah dibuahi dapat dikeluarkan dari mulut pejantan 1 bulan setelah pemijahan. Induk jantan ditangkap dengan sangat hati-hati dengan jaring halus lalu diselimuti dengan handuk katun yang basah untuk menghindari ikan memberontak dan terluka.

Untuk melepaskan larva dari mulut induk jantan, tarik perlahan bagian bawah mulut dan tubuh ditekan ringan. Larva dikumpulkan dalam wadah plastik dan diinkubasikan dalam akuarium. Jumlah larva yang dapat mencapai 25-30 ekor.

Teknik Pembenihan

Setelah dikeluarkan dari mulut pejantan, larva diinkubasikan dalam akuarium berukuran 45×45x90 cm. Temperatur air 27-29 °C menggunakan pemanas thermostat. Oksigen terlarut 5 ppm (mg/ I) menggunakan aerator bukaan kecil.

Untuk mencegah infeksi akibat penanganan larva, dalam air dilarutkan Acriflavine 2 ppm. Menggunakan teknik pembenihan in vitro ini, Survival Rate (SR) yang didapat sampai tahap ikan dapat berenang adalah 90-100 %.

Selama periode inkubasi, larva tidak perlu diberikan pakan. Beberapa minggu pertama selama kuning telur belum habis, biasanya larva hampir selalu berada pada dasar akuarium. Larva mulai berenang ke atas bertahap ketika ukuran kuning telur mengecil. Pada minggu ke delapan, kuning telur hampir terserap habis sehingga larva mulai berenang ke arah horizontal. Pada tahap ini, pakan hidup pertama harus mulai diberikan untuk mencegah larva saling Ketika ukuran larva mencapai 8,5 cm atau berumur 7 minggu, kuning telur terserap secara penuh dan larva dapat berenang bebas.

Pemeliharaan Larva

Tambahan pakan hidup yang dapat diberikan seperti cacing darah atau anak ikan yang ukurannya sesuai bukaan mulut arwana.
Larva yang telah mencapai panjang 10-12 cm dapat diberikan pakan seperti udang air tawar kecil atau runcah untuk mengimbangi kecepatan tumbuhnya.

Sumber:Buu Budidaya Ikan Arwana

Sumber:
http://shaqlord.blogspot.com/2010/05/tehnik-budidaya-ikan-arwana.html
[ ... ]

TRIK DASAR PALING GAMPANG BUDIDAYA IKAN LELE




Kalo menurut saya pribadi, ikan lele merupakan salah satu jenis hewan air yang banyak di konsumsi oleh orang. Dan itu berimbas dengan adanya sebuah peluang bagi pembisnis untuk budidaya ikan lele. Untuk itu disini ada beberapa hal yang mungkin harus anda ketahui apabila ingin terjun ke bisnis Budidaya Ikan lele.

Perlu diketahui, lele bisa bertahan hidup dalam air yang kadar oksigennya sangat rendah, (lele bisa mengambil O2 langsung dari udara, itu sebabnya lele bisa bertahan hidup agak lama walau diluar air). Hanya saja ketika lele masih kecil-kecil, rentan terhadap penyakit ikan, yg salahsatunya di sebabkan krn kwalitas air kurang bagus. Kualitas air dapat dilihat dari warnanya, jika warna-nya keruh coklat, bisa dibilang agak jelek, tapi kalau hijau=berarti kandungan O2 cukup bagus.

Persiapan kolam Budidaya Ikan Lele:
isi kolam dengan air sdikit saja (jangan penuh), jngan langsung di isi lele (nanti lele stres terus mati) tetapi biarkan 2-3 hari. tambahkan tanaman air juga bagus, kasih suplemen untuk meningkatkan kwalitas air biar tambah OK.

Tebar benih :
Kalau dah beli/cari benih lele. Jgn langsung di tebar kekolam, masukkan bersamaan dgn plastik pembungkus benihnya dan biarkan -+ 1/2jam sampai suhu air dalam plastik = suhu air kolam, telah itu baru ditebar secara perlahan2 (biar tdk kaget)

Masalah pakan.. beli saja yang sudah jadi.. (males repot kalo kudu buat sendiri) tapi sesuaikan dengan usia dan ukuran lele anda (ukuran mulut lele).

[ ... ]

MERAMU PAKAN UNTUK PEMBESARAN LELE



Sejak krisis ekonomi tahun 1998, kebutuhan ikan lele meningkat dengan cukup pesat. Sebab konsumen daging sapi banyak yang baralih ke daging ayam, sementara konsumen daging ayam banyak yang pindah ke ikan. Dan ikan yang paling banyak diminta

konsumen adalah lele. Sebab dibanding dengan ikan mas, nila dan patin, maka harga lele termasuk paling rendah. Lebih-lebih dengan gurami. Harga per kg. ikan mas saat ini Rp 15.000,- ditingkat konsumen. Sementara hargalele hanya Rp 9.000,- dan gurami

mencapai Rp 25.000,- per kg. Produksi ikan lele, sebagimana halnya ikan mas, sudah merupakan agroindustri. Pola spesifikasi hulu tengah hilir sudah berjalan cukup baik. Pada bagian hulu ada industri pakan dan pembenihan. Di bagian tengah pembesaran ikan konsumsi dan pemeliharaan calon induk, serta di bagian hilir hanyalah sebatas distribusi dan perdagangan. Sebab daging ikan lele tidak lazim diolah dan diawetkan. Konsumsi ikan lele hanyalah sebatas segar (hidup) untuk digoreng (termasuk pecel lele) atau dimasak basah (mangut).

Industri hulu pembenihan lele, dibagi menjadi tiga spesifikasi. Pertama produsen burayak, yakni anak ikan ukuran di bawah 1 cm. Pada bagian ini, peternak akan melakukan pemijahan induk secara buatan, menetaskan telur di akuarium, kemudian membesarkan anak ikan dalam bak-bak pembesaran sampai mencapai ukuran sekitar 1 cm. Burayak ini selanjutnya akan dibesarkan dalam bak-bak berukuran lebih besar sampai mencapai ukuran kebul, yakni benih ikan berukuran antara 1 sd. 3 cm.

Selanjutnya kebul akan dibesarkan lagi dalam kolam atau bak yang berukuran lebih besar lagi, hingga mencapai ukuran antara 3 sd 5 cm. yang disebut sebagai putihan. Saat ini putihan lele banyak yang berukuran 7,5 sd. 10 cm. Hingga pembesaran lele konsumsi bisa dipersingkat antara 1 sd. 3 bulan saja. Yang dimaksud sebagai bak pembesaran, bukanlah bak permanen dari batu bata dan semen atau beton. Bak tersebut hanya berupa batu bata yang ditata membujur sebagai dinding setinggi 50 cm, hingga membentuk segi empat dengan ukuran sesuai volume benih yang akan dibesarkan.

Kadang-kadang dinding bak tersebut hanya berupa papan yang diperkuat kaso. Sebagai dasar bak, dihamparkan pasir yang kemudian diratakan serta dipadatkan. Bak darurat itu lalu dilapis plastik.

Air yang digunakan hanyalah air sumur biasa, air dari kali atau sumber air lainnya. Peralatan yang sangat penting adalah pompa sedot yang dihubungkan dengan filter. Air dalam bak darurat itu harus bersirkulasi dengan bantuan pompa, masuk ke dalam filter untuk menyaring kotoran lalu dikembalikan ke dalam bak.

Teknologi ini sudah biasa dipergunakan oleh penangkar benih ikan dalam menangani air akuarium. Juga digunakan dalam kolam-kolam taman di perumahan. Praktis, investasi bak demikian sangat murah. Nilai paling tinggi hanyalah pada plastik dan pompa. Satu petak bak ukuran 3 X 5 m. misalnya, hanya akan menghabiskan biaya sekitar Rp 50.000,- apabila kita membangun minimal 5 petakan. Pompa berikut filternya sekitar Rp 250.000,- yang bisa digunakan untuk sirkulasi bagi 5 petak kolam tersebut. Hingga investasi tiap petaknya hanya sekitar Rp 100.000,- Komponen biaya paling tinggi dalam industri peternakan dan perikanan adalah pakan. Apabila peternak menggunakan pakan buatan dari toko, nilainya bisa mencapai 70% dari seluruh komponen biaya. Saat ini harga pakan buatan sudah sekitar Rp 2.500,- per kg. Karenanya, para peternak lele biasanya memilih menggunakan pakan ramuan sendiri hingga marjin yang diperoleh bisa lebih besar dibanding penggunaan pakan buatan pabrik.

Biasanya, para peternak akan meramu pakan yang terdiri dari dedak halus (bekatul) 20%, ampas tahu 20%, menir atau jagung giling 20%, dan ayam broiller mati yang dibeli borongan di peternakan ayam atau ikan rucah yang dibeli di TempatPelelangan Ikan (TPI) sebanyak 35%, tepung tapioka 5% dan vitamin C serta B Complex. Ayam broiller atau ikan tadi dibersihkan dan hanya diambil dagingnya.

Tulang, jeroan serta kulit dibuang. Selanjutnya bahan-bahan itu digiling menggunakan gilingan daging manual. Hasilnya berupa adonan yang liat. Adonan dibentuk lempengan seperti pempek Palembang lalu dikukus sampai benar-benar masak. Tanda kemasakan adalah,apabila ditusuk, sudah tidak ada bagian yang berwarna keputih-putihan. Pakan ramuan sendiri inilah yang dijadikan menu sehari-hari lele tersebut.

Baik yang masih berupa burayak, kebul, putihan maupun lele konsumsi. Bedanya, pada pakan burayak, komposisi protein hewaninya diperbesar menjadi 50% dengan ditambah kuning telur. Telur-telur ini pun merupakan telur afkir yang kondisinya masih bagus, yang dibeli di pengusaha penetasan telur ayam maupun itik. Dedak halus, ampas tahu dan menir atau jagungnya dikurangi hingga masing-masing tinggal 15%.

Pakan berupa "kue kukus" tersebut bisa tahan disimpan di kulkas sampai dengan 1 minggu. Hingga produksi pakan yang sangat merepotkan ini bisa dilakukan selang 1 minggu sekali, 3 hari sekali atau sesuai dengan kesempatan dan kebutuhan. Cara pemberian pakan cukup dengan ditaruh dalam tampah, nyiru atau nampan kayu dan dimasukkan ke dalam bak atau kolam.

Tampah, nyiru atau kotak kayu ini dibuat tiga susun. Tampah paling bawah berukuran paling besar, yang ditengah tanggung dan yang di atas paling kecil. Tiga tampah ini diikat kawat dengan jarak sekitar 15 cm. dan diberi gantungan untuk mengikatkannya di tiang pancang, hingga tampah paling atas hanya masuk ke dalam air sebatas 10 sd. 20 cm. Pakan hanya ditaruh pada tampah bagian atas. Tetapi karena lele itu akan makan secara berebutan, maka pakan akan berhamburan dan jatuh pada tampah kedua. Di sini pun pakan diperebutkan dan kembali berhamburan. Tetapi karena pakan di tampah kedua hanya merupakan ceceran dari tampah diatasnya, maka yang jatuh ke tampah ketiga pun volumenya terbatas.

Dengan cara tersebut, pakan yang jatuh dan masuk ke dalam kolam bisa diminimalkan. Burayak, kebul, putihan atau lele di kolam pembesaran itu akan langsung berebutan setiapkali pakan disajikan. Porsi pemberiannya harus pas. Cara untuk mengukur kebutuhan pakan adalah dengan menaruh pakan sedikit demi sedikit. Kalau pakan yang ditaruh habis, berarti perlu ditaruh sedikit lagi. Demikian seterusnya sampai anak lele atau lele konsumsi di kolam pembesaran itu tidak mau makan lagi. Setelah lele kenyang, maka tempat pakan itu diangkat agar pakan yang tersisa tidak mencemari kolam.

Pemberian pakan harus dilakukan sesering mungkin. Dalam sehari, pemberian pakan bisa berlangsung empat sampai lima kali. Keterlambatan pemberian pakan, juga pemberian pakan dengan frekuansi hanya dua sampai tiga kali, akan mengakibatkan sebagian lele mengalami kelambatan pertumbuhan, sementara sebagian lain akan tumbuh dengan sangat pesat. Akibatnya akan terjadi kanibalisme. Lele yang kontet menjadi mangsa lele yang pertumbuhannya sangat pesat. Individu lele yang sering melakukan kanibal, akan tumbuh lebih pesat lagi hingga potensial untuk memangsa teman-temannya lebih banyak lagi.

Harga dedak halus, saat ini Rp 800,- per kg. (kering). Harga ampas tahu sekitar Rp 150,- (basah). Harga ayam mati Rp 1.000,- per ekor bobot 1,5 kg. kotor atau 0,75 kg.daging. Menir atau jagung giling Rp 1.500,- per kg. Tepung tapioka Rp 2.000,- per kg. Vitamin-vitamin senilai Rp 50,- per kg. ramuan. Dengan komposisi dedak halus, ampas tahu dan menir 20%, ayam 35% dan tepung tapioka 5%, maka nilai pakan dengan bobot 10 kg adalah Rp 10.900,- atau per kg. basah Rp 1.140,- Biaya produksi (tenaga kerja + bahan bakar) sekitar Rp 200,- per kg. Hingga total nilai pakan Rp 1.340,- bobot basah atau bobot kering Rp 2 000,- Dengan asumsi harga pakan pabrik Rp 2.500,- per kg, maka harga pakan ramuan sendiri ini lebih murah Rp 500,- per kg. Harga lele di tingkat peternak, saat ini Rp 5.500,- dari harga tersebut, peternak mengambil marjin sekitar 20%, hingga harga pokoknya Rp 4.400,- Dari harga pokok tersebut, sekitar 70% atau Rp 3.080,- merupakan nilai pakan. Harga ini menggunakan patokan perhitungan pakan pabrik dengan bobot 1,232 kg. Apabila menggunakan pakan ramuan sendiri dengan nilai Rp 2.000,-per kg, maka nilai pakan itu hanya Rp 2.464,- Berarti, dari tiap kg. ikan lele yang diproduksi menggunakan pakan ramuan sendiri, peternak memperloleh tambahan marjin Rp 616,- Dengan volume pembesaran lele 10 ton dalam jangka waktu 3 bulan, maka marjin tambahan yang bisa diperoleh peternak dari penggunaan pakan tambahan adalah Rp 6.160.000,-

Perhitungan ramuan pkan dengan konversinya pasti akan sangat bervariasi, tergantung lokasi peternakan dan kejelian peternak untuk memperolehbahan pakan yang berkualitas sama baik tetapi dengan harga yang jauh lebih murah. Kelebihan penggunaan pakan buatan sendiri adalah, peternak bisa mengatur komposisi protein hewani maupun nabatinya, sesuai dengan ketersediaan bahan yang ada.

Peternak juga bisa mempertinggi prosentase protein hewaninya agar pertumbuhan lele bisa dipercepat, namun tanpa terlalu besar menambah beban biaya pakan akibat pembengkakan nilai protein hewani terebut. Ini semua memerlukan kejelian yang luarbiasa, hingga keong sawah atau darat, kepompong ulat sutera dan cacing tanah misalnya, akan mampu memperbesar marjin.

Pemeliharaan cacing tanah, paling tinggi hanya boleh menghabiskan biaya produksi Rp 2.000 per kg. Ini dimungkinkan sebab komponen pakan cacing adalah limbah organik. Meskipun nilai gizi cacing tanah terlalu tinggi untuk dimanfaatkan bagi pembesaran lele. Cacing tanah lebih cocok untuk pakan pembesaran ikan yang nilai ekonomisnya juga lebih tinggi dari lele.

Sumber:
http://foragri.blogsome.com
[ ... ]

SELEKSI BIBIT LELE (GRADING)


Pentingnya Seleksi Bibit Lele (grading)



Seperti halnya pemeliharaan bibit ikan gurame, pada usaha pembibitan lele pun diperlukan adanya tahapan seleksi bibit pada setiap interval waktu tertentu. Di kalangan para pembudidaya ikan, aktifitas ini dikenal dengan istilah 'grading'. Prakteknya adalah dengan memisahkan bibit ikan menjadi beberapa golongan berdasarkan ukurannya. Pada dasarnya seleksi bibit memang perlu dilakukan agar tercapai tingkat keseragaman ukuran (sesuai umur ikan) sekaligus untuk mendapatkan bibit yang berkualitas ; sehat, tidak cacat dan memiliki laju pertumbuhan yang baik. Alasan rasional lainnya adalah bahwa lele tergolong ikan yang bersifat...
kanibal sehingga jika tidak segera diseleksi dan dipisahkan ruang pemeliharaannya maka lele yang tumbuh lebih cepat (lebih besar) cenderung akan memangsa lele-lele lainnya yang berukuran lebih kecil.



Seleksi bibit lele dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya para pembudidaya memilih cara manual yang cukup praktis menggunakan peralatan sederhana yakni berupa susunan saringan benih lele yang terbuat dari ember plastik berlubang-lubang (perforated). Ember jenis ini biasanya banyak tersedia di pasar-pasar ikan tradisional ataupun di beberapa poultry yang menyediakan peralatan dan perlengkapan budidaya perikanan. Diameter lubang-lubang penyaring pada setiap ember biasanya telah dibuat seragam, sesuai dengan ukuran standar benih lele. Dalam prakteknya terkadang diperlukan 2 sampai 3 susunan ember yang berbeda dalam satu kali proses penyaringan terutama jika ukuran bibit lele yang dikehendaki ternyata cukup bervariasi.

Saat dilakukan proses seleksi bibit, ember-ember penyaring ini disusun berdasarkan ukuran diameter lubang-lubang penyaringnya. Ember dengan ukuran diameter lubang-lubang penyaring terbesar berada pada urutan teratas dan ember dengan ukuran lubang-lubang penyaring yang lebih kecil berada pada urutan berikutnya. Demikian seterusnya hingga ember dengan diameter lubang penyaring paling kecil yang sesuai dengan kebutuhan dan variasi ukuran bibit yang dikehendaki.



Awal seleksi bibit lele biasanya dimulai pada rentang waktu 12 hingga 17 hari setelah fase penetasan telur. Telur-telur yang gagal menetas dan benih yang mati hendaknya dipisahkan sesegera mungkin dari lingkungan bak tetas agar tidak menjadi sumber penyakit bagi benih-benih lainnya. Setelah 4 - 6 hari kemudian atau setelah kantung kuning telur (yolksack) pada setiap larva lele habis terserap maka benih akan terlihat lincah bergerak mencari makanan alami yang ada di sekitarnya. Selama 12-17 hari berikutnya benih lele ini telah dapat diberi makanan alami berupa cacing sutera (tubifex) dan pakan buatan (pellet) yang berbentuk serbuk (halus) yang diberikan secara berangsur-angsur hingga benih lele mencapai ukuran standar 2/2 dan 2/3. Pada saat inilah pertama kalinya seleksi (grading) bibit lele mulai dilakukan.



Dalam proses seleksi, bibit lele yang berukuran lebih kecil (kerdil atau 'krucilan') disisihkan dan dipelihara di tempat terpisah, demikian pula halnya dengan bibit yang berukuran lebih besar ('bongsor' atau 'longgoran'), bibit yang terserang penyakit atau bahkan bibit yang cacat.



Jika dikehendaki, bibit lele hasil seleksi pertama ini sebenarnya telah dapat dijual namun jika tidak maka bibit lele dapat dipelihara lagi selama lebih kurang 21 hari untuk kemudian dilakukan seleksi (grading) kembali. Seleksi bibit lele pada tahap kedua ini akan menghasilkan dua ukuran standar yakni 3/5 dan 4/6. Sama halnya dengan proses seleksi pertama, masing-masing ukuran standar 3/5 dan 4/6 ini dipisahkan demikian pula dengan bibit yang berukuran 'krucilan' maupun 'longgoran'. Bagi pembudidaya ikan di Kulon Progo yang menekuni segmen pembibitan, seleksi bibit (grading) pada ukuran 3/5 atau 4/6 ini merupakan saat panen karena ukuran bibit inilah yang paling banyak diminati oleh pembudidaya pada segmen pembesaran atau yang menekuni pemeliharaan lele hingga mencapai ukuran konsumsi (8-12 ekor/ kilogram).



Namun ada pula beberapa pembudidaya segmen pembibitan yang memilih memelihara kembali bibit lele berukuran 3/5 atau 4/6 tersebut hingga mencapai ukuran 5/7 dan 7/9 selama lebih kurang 15 dan 21 hari masa pemeliharaan. Umumnya hal ini dilakukan untuk memenuhi pesanan bibit dari para pembudidaya lele di luar daerah Yogyakarta terutama yang berada di luar pulau Jawa.

Pada budidaya ikan lele di segmen pembesaran khususnya media kolam terpal, proses seleksi (grading) ini tidak perlu lagi dilakukan karena pertumbuhan lele umumnya telah mencapai tingkat keseragaman yang dapat dikatakan relatif merata.




Dengan menerapkan pola budidaya secara intensif pada media kolam terpal berukuran standar 4m x 6m dan 4m x 8m dengan jumlah tebaran bibit berkualitas ukuran standar 4/6 dan 5/7 sebanyak 3000 dan 4000 ekor per kolam maka lele ukuran konsumsi akan dapat dipanen setelah 60 hingga 70 hari masa pemeliharaan.



Sumber:
http://ikankolamterpal.blogspot.com/2010/04/pentingnya-seleksi-bibit-lele-gradin...
[ ... ]

TEORI TERNAK IKAN LELE DUMBO




Teori Ternak Ikan Lele Dumbo
Sebelum saya membagi pengalaman beternak ikan lele dumbo, agar lebih akrab dengan anda semuanya saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu, nama saya Agus Sutanto, 28 tahun, lokasi saya tinggal sekaligus beternak ikan lele dumbo berada di desa tempursari RT 8 RW 3 kecamatan sambi kabupaten boyolali Jawa Tengah. Dulu saya memulai usaha ini dari nol besar Modal saya cuma punya teman yang memperkenalkan, mengajak dan suka ngiming-imingi keuntungan yang ia peroleh dari beternak ikan lele ( Mas Doso thanks ya..) So buat teman-teman yang ada di situ.. yang pingin usaha ini..tapi belum punya pengetahuannya.. mari memulainya sekarang juga. Prinsip untuk memulai usaha ini hanya satu “Learning By Doing” pokoknya insya ALLAh sukses.. don’t worry Bro….

Melihat keberhasilan teman saya beternak ikan lele dumbo, saya seolah tergugah dari tidur untuk segera bangun memulai mengikuti langkah dia.. dalam pikiran saya muncul opini bahwa usaha ini sepertinya dan mudah-mudahan “tidak sesat dan menyesatkan”. OK setelah saya bertekad bulat untuk memulai “menempuh hidup baru” bersama makluk yang bernama ikan lele.. saya berusaha menggali pengetahuan sebanyak-banyaknya tentang dunia lele dumbo, buku-buku saya baca, internet saya tongkrongi, pakar-pakar maupun peternak ikan sering saya kunjungi, semua itu untuk membekali saya dalam berjuang menuju sukses menjadi Bos Ikan.

Saya mengamati lahan di sekeliling rumah, walau tidak luas tapi lahan ini cukup untuk dijadikan kolam-kolam pemijahan lele dumbo (karena memang pemijahan lele dumbo tidak begitu memakan tempat). Dengan niat mencari rizki halal dan mengucap Bismillahirrahmaanirrahim saya mulai melangkah membobol ATM untuk digunakan membangun kolam ukuran 1,5×2 meter = 2 (untuk memijahkan) dan 2×4 meter =1 (untuk menampung induk). Seiring dibuatnya kolam-kolam tersebut, saya sering silaturrahmi ke senior-senior pemijah ikan untuk mencari informasi dimana saya dapat memperoleh induk yang baik.

Kira-kira 2 bulan kemudian kolam-kolam tersebut sudah siap digunakan. Saya sudah memperoleh induk untuk dipijahkan. Sebagai pemelihara yang baik saya pesiapkan semua kebutuhan menjelang “bulan madu” ikan. Ijuk tempat menempelkan telur-telurnya sudah saya siapkan, air dan sirkulasinya sudah beres. Pada sore harinya kedua mempelai ikan, satu jantan satu betina (sebenarnya bisa juga satu jantan dua betina) ditampung dalam satu kolam . Setelah pagi hari, saya liat dikolam tersebut Ooooo… banyak banget telur-telur ikan yang menempel di ijuk, ada puluhan ribu telur disitu. Setelah induk mengeluarkan telurnya, kedua induk diambil dan dimasukkan ke kolam penampungan induk lagi. Karena telurnya terlalu banyak maka sebagian saya pindah ke kolam yang satunya. Air mulai di alirkan ke kolam yang terdapat telur ikan itu untuk mensuplay oksigen.

Hari berikutnya ternyata telur-telur ikan itu sudah mulai menetas menjadi bayi-bayi lele dumbo.. “good morning and wellcome baby lele dumbo” . Setelah ikan menetas, ketekunan dan kesabaran menuntut kita. Kita harus rajin menjenguk kolam itu, karena terkadang saluran pembuangan tertutup oleh anak-anak ikan. Setelah umur 3 hari biasanya ikan-ikan itu sudah mulai bertebaran memenuhi kolam. Usia 4-5 hari sudah harus diberikan makanan berupa cacing sutera. Demi kenyamanan dan kesehatan ikan kita harus membersihkan kolam itu secara teratur.

Menginjak usia 3 minggu, biasanya bibit lele tersebut perlu diseleksi dan dipisahkan antara yang pertumbuhannya cepat dengan yang biasa. Jika kita lengah dalam menyaring ikan yang ukurannya lebih besar maka bisa-bisa panen kita akan sedikit dikarenakan banyak yang dimakan ikan yang besar. Penyaringan itu biasanya 2 minggu diulang lagi. Ikan-ikan usia 2 bulan sudah mulai bisa dijual dengan harga sekitar Rp 80,- sampe dengan Rp 100,- ( TUH LIHAT HASILNYA..jika sekali memijahkan, satu jantan 2 betina, rata-rata panen 30.000 bibit dan satu ekor bibit dijual Rp 100,- berapa uang yang bisa kita peroleh??)
Sumber:
http://peternakanikan.blogspot.com/2010/05/teori-ternak-ikan-lele-dumbo.html
[ ... ]

Kamis, 22 Juli 2010

UDANG GALAH



Budidaya Udang Galah ?Sistem Tangga?

Budidaya udang galah selama ini baru bisa dilakukan dengan kepadatan rendah, hanya berkisar 10 ? 15 ekor/m2. Tak seperti vannamei yang berenang-renang, udang galah lebih senang ngendon di dasar kolam.

Berangkat dari fakta itu maka pada 2007, timbullah ide dari Jarot untuk menggunakan bagian atas/permukan kolam guna pembesaran benur (benih udang) hingga menjadi tokolan (benih udang ukuran 2 ? 3 cm). Menurut Kepala Bidang Budidaya Udang Galah PERMINA (Perkumpulan Masyarakat Perikanan Nusantara) tersebut, permukaan kolam sebenarnya tak pernah terjamah si capit biru yang terkenal tak suka berenang.

Caranya dengan menggelar hafa (semacam jaring) di kolom bagian atas sebagai media pendederan. Sementara manajemen budidaya pembesaran udang galah di bagian bawah dari hafa sama saja dengan budidaya biasa. Hanya, pengontrolan kesehatan udang dan kualitas airnya harus lebih intensif. ?Tapi jika menghitung hasilnya, saya rasa sepadan,? kata Jarot. Tetapi ia menggarisbawahi, keberhasilan budidaya dengan teknik tersebut mutlak didukung kualitas air yang sangat bagus.

Hemat Lahan

Jarot kembali menyebutkan, kolam untuk membuat tokolan berkapasitas 24 ribu ekor biasanya memerlukan lahan seluas 120 ? 250 m2 (tergantung kepadatan, kualitas air dan sistem sirkulasi air). Tapi dengan sistem tangga ini bisa dihemat dengan 8 set hafa berukuran masing-masing 1 x 6 x 1 m2. Alhasil, kolam yang semula hanya dipakai untuk pembuatan tokolan kini bisa dipakai sekaligus untuk pembesaran.

?Daripada kolam dipakai untuk pendederan tok lebih baik untuk pembesaran juga. Pendederannya dipindah ke bagian atas kolam dengan menggelar hafa,? tandas lulusan Fakultas Teknik UGM ini. Karena memanfaatkan permukaan dan dasar kolam secara bersamaan itulah sistem ini kemudian dipopulerkan sebagai sistem tangga.

Hasilnya, panen dalam satu kolam bertahap hingga tiga kali. Dua kali panen tokolan dan satu kali panen udang galah konsumsi. ?Baik struktur fisiknya maupun siklus panennya seperti tangga,? kata Jarot dengan mata berbinar-binar.

Selain sebagai tempat membesarkan benur hingga menjadi tokolan, hafa ini juga berfungsi untuk menjauhkan calon tokolan dari predator. Selain itu juga bisa mengurangi risiko kegagalan panen tokolan pada kolam tanah/sawah akibat kebocoran pematang (menyebabkan benur/tokolan lolos ke saluran pembuangan).

Kasus panen tak maksimal karena tokolan tertimbun lumpur juga bisa dihindari. ?Sistem ini juga cocok dikembangkan di daerah yang tanahnya berlumpur,? tegas Jarot. Dengan keunggulan itu, tak heran panen tokolan bisa mencapai SR hingga 80%, sangat jauh dari rerata panen tokolan kolam sawah yang hanya 60% saja.

Efisiensi lahan dicapai dengan meningkatkan kepadatan benur di dalam hafa hingga mencapai 600 ? 650 ekor/m2. Angka ini jauh melampaui kepadatan tebar pendederan benur di kolam sawah yang hanya 100 ? 200 ekor/m2. Ia pun menyatakan baru saja seminggu panen tokolan dari hafa sistem tangga itu. ?Rata-rata SR 80%. Ada satu hafa yang 70%, karena sempat bocor hafanya, sehingga benur lolos,? papar pria yang pernah 3 tahun bekerja di Jepang ini.

Manajemen Hafa

Menurut Jarot, setiap kolam pembesaran bisa dihampari hafa untuk pendederan hingga 20% dari luasan kolam. Jarak antar hafa 80 cm ? 1m. Agar tak tenggelam, hafa diikat pada patok-patok bambu setinggi 1,5 m yang ditancapkan ke dasar kolam. Patok yang terlihat di permukaan air diusahakan minimal setinggi 20 cm agar tali tak mudah lepas. Patok ini ditancapkan setiap 2 m di sisi terpanjang hafa.

Agar benur tidak kekurangan oksigen, dipasang aerasi sistem kricik alias mengalirkan air di atas hafa. Pipa melintang di lubangi sisi samping, sehingga setiap hafa memperoleh 2 lubang yang alirannya menuju arah yang berbeda. Menurut Jarot, air ini harus mengalir 24 jam penuh. Pompa yang diadaptasi dari pompa air celup untuk taman itu hanya mati saat dibersihkan filter-nya setiap 3 hari sekali.TROBOS
[ ... ]

BENIH GURAME


Benih Gurame, Ilmu Warisan di Kaki Gunung Slamet

Sebagian lahan persawahan kas desa atau yang dikenal dengan istilah “bengkok” itu disulap menjadi petakan kolam pendederan benih gurame. Sejauh ini, baru 5 hektar yang dialihfungsikan menjadi kolam, dari 40-an hektar lahan sawah yang ada. Tapi tak menutup kemungkinan penggunaannya bakal diperluas. Sebagaimana keterangan yang diberikan Katam, kepala desa setempat, Desa Beji, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas. “Itu tahap awal, jika potensi mendukung bisa saja seluruh lahan yang ada akan dialihkan menjadi lahan pendederan,” tutur Katam. Ia salah satu kades di wilayah Kedungbanteng yang antusias merespon gagasan menjadi sentra benih gurame.

Kabupaten Banyumas telah bertekad membangun wilayahnya dengan konsep minapolitan. Dan dengan alasan potensi yang ada, gurame dipilih sebagai komoditas unggulan. Dalam kerangka itu, Kecamatan Kedungbanteng difokuskan sebagai sentra pembenihan dengan didukung dua kecamatan tetangga, Baturraden dan Karanglewas. Dipilihnya daerah tersebut sebagai pusat pembenihan tak lepas dari karakter kultur, iklim dan sumber daya alam yang mendukung untuk produksi benih. Khaeruri, salah satu pembenih Gurame asal Desa Beji mengatakan, potensi pengembangan benih belum tergarap optimal. Lahan yang dimungkinkan digarap masih luas.

Terletak di kaki Gunung Slamet, tak jauh dari bumi wisata pegunungan Baturraden, Khaeruri mengisahkan, Desa Beji sudah dikenal sebagai daerah pembenih sejak ratusan tahun silam. Kakek berumur 62 tahun ini mengaku sejak kecil telah mendapat ilmu membenih dari pendahulunya. Dan ia bertekad setia menekuni usaha warisan tersebut. Pandangan serupa menurut Khaeruri, banyak diyakini masyarakat di sekitarnya. Tak sedikit yang menjadikan usaha pembenihan sebagai sumber pendapatan utama keluarga. “Hampir setiap keluarga di Beji memiliki indukan, setidaknya 2 pasang,” kata Khaeruri yang juga Ketua Kelompok Tani Setya Maju.

Penggunaan lahan bengkok desa, diterangkan Katam, memberlakukan sistem sewa. Untuk tiap bahu –demikian masyarakat biasa menggunakan istilah untuk luasan lahan sawah— atau sekitar 7.000 m2 dikenakan tarif 3,5 juta per tahun yang harus disetor ke kas desa. Dengan dana itu masyarakat berhak atas penggunaan lahan plus mendapat fasilitas pembuatan akses jalan menuju kolam dan beberapa kebutuhan peralatan kolam yang dimiliki secara bersama-sama.

Gagasan ini lahir karena lahan yang dimiliki masyarakat terbatas dan akses perairan juga kurang mendukung. Dengan sistem dibuat kelompok, diharapkan pengelolaan usaha akan jadi lebih mudah. Persoalan teknis dan persaingan akan dengan lebih baik terselesaikan. Bukan tidak mungkin, Katam mengurai asa, daerah Beji didesain menjadi kampung wisata gurame.

Permintaan Tak Ada Habisnya

Produksi telur calon benih gurame dari Beji sekitar 6 juta di kala musim kemarau, dan mencapai 10 juta saat air melimpah di musim penghujan. Benih dalam bentuk telur asal Beji ini menurut Katam diakui oleh BBAT Sukabumi (Balai Budidaya Air Tawar) dan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) sebagai benih bermutu.

Selain diserap daerah sekitar seperti Purbalingga, Banjarnegara, Tegal dan Cilacap, benih tersebut banyak dipasarkan ke luar daerah, utamanya Tulungagung. Seorang tengkulak benih, Nur Rachiem mengungkapkan, saban pekan ia mengirim pesanan benih sampai 4 juta ke Tulungagung. Masih ada lagi pesanan dari DIY dan Jawa Barat yang kerap membuatnya kewalahan melayani. Telur-telur itu dibelinya dari petani seharga Rp 15 – 20 per butirnya. “Tapi pernah juga mencapai Rp 35,” sambung Rachiem.

Permintaan sepanjang 2009 diakui Rachiem meningkat. “Bisa dikatakan permintaanya tak terbatas mas, tidak ada habisnya!” ujarnya. Ironisnya, musim yang tak menentu sebagaimana belakangan terjadi menjadikan produksi tidak dapat diandalkan.TROBOS
[ ... ]

PRODUKSI BELUT



Pematang, Tempat Produksi Bibit Belut

Iwan Hermawan, pembudidaya belut yang juga Ketua Kelompok Tani Mitra Sukses Bandung, Jawa Barat, berhasil menerapkan teknik budidaya yang tidak hanya menghasilkan belut ukuran konsumsi, tetapi bibit belut (anakan) sekaligus.

Ini seolah menjawab persoalan ketersediaan bibit belut. Fakta menunjukkan, kebanyakan pembudidaya belut masih mengandalkan bibit hasil tangkapan alam untuk dibesarkan. Proses pemijahan belut yang sulit ditengarai menjadi penyebabnya. Tak heran apabila lebih banyak pembudidaya memilih menjalankan usaha pembesaran, bukan pemijahan atau pembibitan.

Sebagaimana diakui Ruslan Roy, Direktur PT Dapetin, pengusaha budidaya dan ekspor belut. Ditemui TROBOS (8/8) di kantornya, Roy membenarkan sebagian besar pembudidaya belut masih mengandalkan bibit hasil tangkapan alam. “Kalaupun didapatkan anakan pada kolam pembesaran, itu hanya sebuah kebetulan akibat ‘perkawinan dini’ belut,” kata Roy. Tentu saja, hasil pemijahan seperti ini tidak dapat dijadikan andalan pasokan bibit.

Roy mengaku, bersama para mitranya, Dapetin sampai saat ini baru dapat memenuhi sekitar ½ ton permintaan bibit tiap bulannya. Sementara permintaan total bibit, menurutnya, sekitar dua ton per bulan. “Bahkan terkadang mencapai 5 ton per bulan,” imbuhnya.

Hasil Mengamati

Teknik budidaya yang diaplikasikan Iwan, diutarakannya, merupakan hasil pengamatan langsung di persawahan. Ia menemukan, di habitat aslinya belut biasa bertelur di tepian pematang sawah. “Belut senang bertelur di sekitar pematang sawah yang tidak tergenang air. Ciri sarang belut adalah adanya sekumpulan busa. Jika menemui kondisi seperti ini bisa dipastikan ada belut yang sedang berpijah atau bertelur,” jelas Iwan saat diwawancarai TROBOS di rumahnya (26/8). Karena itu, perbedaan utama teknik budidaya Iwan dengan teknik budidaya belut umumnya adalah keharusan adanya pematang di lokasi budidaya sebagai tempat belut memijah.

Kendati berhasil mengidentifikasi kebiasaan belut dan mampu mengembangkan bibit, Iwan mengaku belut belum mampu memenuhi besarnya kebutuhan belut di pasaran. “Selama ini kami baru bisa memasok bibit sekitar 5 kuintal per bulan,” kata Iwan yang memiliki 10 anggota pembudidaya belut di kelompoknya. Menurutnya, permintaan bibit belut mencapai 1-2 ton per bulan datang dari Tasikmalaya, Garut, Jawa Tengah sampai Riau, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

“Itupun belum sepenuhnya dari hasil budidaya. Sebagian masih mengandalkan hasil tangkapan alam, 60% bibit hasil budidaya dan 40% bibit hasil tangkapan alam,” sebut Iwan.

Siapkan Lahan dan Media

Budidaya belut dilakukan Iwan di persawahan menggunakan sistem mina padi atau kolam tanah. Tidak seperti layaknya sawah dengan pematang hanya di pinggiran, areal persawahan atau kolam yang ditebar bibit belut memiliki beberapa buah pematang.
“Proses dimulai dengan menggali tanah atau areal persawahan sedalam sekitar 70 cm. Luasan lahan budidaya tergantung lahan yang dimiliki. “Bisa menggunakan lahan berukuran 2 x 2 meter hingga 5 x 5 meter tergantung ketersediaan,” jelas Iwan. Di bagian tengah sawah atau kolam dibuat kembali galian lebih dalam sekitar 30 cm dengan ukuran 1 x 1 meter atau menyesuaikan ukuran lahan. Ceruk ini berfungsi saat pemanenan.

Plastik dibentang di sekeliling sawah (dinding dalam). “Dipasang sampai kedalaman sekitar 30 cm, tujuannya mencegah belut kabur. Sementara, bagian bawah dibiarkan berupa tanah karena belut tidak dapat kabur melalui bawah,” jabar Iwan. Cara lain, sekeliling kolam budidaya dapat ditembok dengan dasarnya tetap berupa tanah. Setelah itu dibuat pematang. Tinggi pematang sekitar 20 cm dengan lebar minimal 30 cm. “Jika kurang lebar pematang mudah rusak, terutama saat musim hujan,” kata Iwan.

Menurut Iwan, media paling baik yang dapat digunakan untuk budidaya belut adalah tanah sawah yang sudah berupa lumpur halus seperti pasta. “Jika ditusuk menggunakan kayu media meninggalkan bekas lubang. Tidak seperti bubur encer,” terang Iwan. Ia tidak menyarankan menggunakan tanah darat, meskipun sebelumnya telah dimatangkan. “Tanah darat yang dimatangkan teksturnya tetap kasar dan cepat memadat saat budidaya,” kata Iwan.TROBOS
[ ... ]

IKAN MAS MUSI RAWAS


Pembenihan Ikan Mas Ala Musi Rawas

Upaya memacu produksi benih ikan mas saat ini sedang dilakukan oleh UPR (Usaha Peternak Rakyat) di Srikaton Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Uniknya, mereka tidak menerapkan sistem pembenihan yang biasa dilakukan pembudidaya ikan mas lain. UPR ini menggunakan caranya sendiri, yang dinamakan dengan sistem pembenihan Musi Rawas.

Apep Saepul Mahpud, penyuluh perikanan yang membina UPR tersebut pada satu kesempatan di Bogor mengatakan Sistem Pembenihan Musi Rawas ini sebenarnya tak jauh beda dengan sistem pembenihan ikan mas yang sudah ada seperti sistem Hoper, Dubish, Cimindi, Sunda ataupun cara tradisional. Bedanya hanya pada perlakuan terhadap telur pasca pemijahan. Yakni telur sebelum ditetaskan difermentasi terlebih dahulu dalam kantong plastik/karung goni.

Perbedaan lain, pembenihan ala Musi Rawas ini tidak memerlukan kolam penetasan khusus. Telur yang telah sudah difermentasi langsung ditetaskan di kolam pendederan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Hapa (kelambu) penetasan dipasang di pinggir kolam pendederan, dan selanjutnya telur dimasukkan dalam hapa. Dalam waktu setengah jam, telur sudah akan menetas. Tetasan kemudian dibiarkan selama 2 hari sampai kuning telur (yolk sac) habis. Kemudian larva ditebarkan ke kolam dengan cara membuka hapa.

Dengan mengusung sistem pembenihan ini, Apep berhasil masuk sebagai 10 finalis Festival Karya Penyuluh Kelautan dan Perikanan (FKPKP) II beberapa waktu lalu di Bogor. Dia menyebutkan ada banyak kelebihan dari sistem pembenihan ala Musi Rawas dibandingkan sistem pembenihaan ikan mas umumnya. “Cara ini bisa meningkatkan keberhasilan hingga 100%,” katanya.

Menurut dia, dengan sistem ini daya tetas telur akan meningkat. “Kalau pembenihan biasa, dengan 3 kg induk akan diperoleh telur maksimal 40 gelas( isi sekitar 500 telur) dalam 20 hari. Tapi kalau pakai cara ini bisa menghasilkan 125 gelas,” jelasnya. Cara ini juga bisa membuat lebih cepat 24 jam dibandingkan dengan sistem biasa yang memakan waktu 2x24 jam. “Jadi bisa hemat tenaga,” imbuhnya.

Disamping itu, pembenihan Musi Rawas akan menghasilkan larva yang lebih kuat dan sehat karena tingkat pencemaran telur yang tidak menetas relatif sedikit. Tak hanya itu, ukuran benih ikan saat panen secara umum rata. Cara ini juga bisa menghindari serangan hama dan penyakit telur khususnya jamur Ichtiopthyrius multifilis sp.

Berawal dari Pemijahan

Proses pembenihan diawali dengan pemijahan. Dan baik tidaknya pemijahan akan menentukan tingkat keberhasilan dalam menghasilkan benih. Pemijahan secara alamiah pada ikan mas akan terjadi pada dini hari. Suhu air yang rendah memicu ikan untuk memijah.

Apep menggambarkan proses pemijahan yang selama ini dilakukannya. Wadah pemijahan bisa berupa bak, kolam tanah atau hapa pemijahan. Ukuran minimalnya panjang 3 m, lebar 2 m dengan kedalam air minimal 40 cm. Dilengkapi dengan saluran inlet dan outlet. Wadah pemijahan merupakan pemicu ikan untuk kawin, karena itu perlu dikondisikan sesuai dengan habitatnya. Caranya, wadah dikeringkan sampai kering betul, kemudian air diusahakan mengalir terus menerus sehingga difusi oksigen lancar.

Untuk memijahkan ikan mas ala Musi Rawas dibutuhkan induk dengan kriteria umur minimal 1 tahun, berat minimal 1,5 kg, sisik besar-besar dan merata, bagian perut membesar ke arah pengeluaran, bagian antara kedua sirip dada cekung ke dalam dan bila diraba terasa lunak, bagian perut bila diurut ke bagian urogenitalis (pengeluaran telur) akan keluar cairan kuning bahkan telur. Usahakan telur yang terlihat butirannya sudah rata dan berwarna kuning.

Desa Garung, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah (Kalteng). Seolah tak hiraukan teriknya matahari, puluhan laki-laki terjun ke kolam dan penuh semangat menangkapi patin ukuran setengah kiloan. Dengan disaksikan pejabat setempat dan pejabat Departemen Kelautan dan Perikanan, warga sekitar melakukan panen perdana hasil ujicoba budidaya patin di lahan gambut. Patin-patin itu telah dipelihara selama 7 bulan. Hari itu seakan menjadi pembuktian dapatnya patin (Pangasius hypopthalmus) dibudidayakan di lahan dengan keasaman tinggi.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (DKP), Made L Nurdjana menjelaskan, kegiatan tersebut sebagai realisasi dari program pemanfaatan 1,4 juta hektar lahan gambut. Instruksi Presiden nomor 2 tahun 2007 menyebutkan, percepatan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan pengembangan lahan gambut di Kalteng untuk wilayah konservasi meliputi 80% total area. “Sisanya, sekitar 330 ribu hektar dimanfaatkan untuk agribisnis termasuk perikanan,” sebut Made kepada TROBOS. “Dengan sedikit rekayasa olah kolam, masyarakat Kalteng yang umumnya tinggal di kawasan lahan gambut berpeluang membuka usaha pembesaran patin,” sambung Made.

Direktur Usaha dan Investasi, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya DKP, Lenny Stansye Syafei pun yakin, wilayah Kalteng sangat berpotensi menjadi sentra produksi patin dengan memanfaatkan sungai-sungai yang ada. “Jika produksi bisa digenjot, tidak menutup kemungkinan ada investor yang tertarik mendirikan pabrik pengolahan patin sebagai komoditas ekspor,” kata Lenny.

Dukungan Pemda

Dalam sebuah kesempatan terpisah, Gubernur Kalteng, Teras Narang menyatakan dukungannya pada pemanfaatan lahan gambut yang selama ini lebih banyak “tidur” untuk budidaya patin. ”Pulaung Pisau dan beberapa kabupaten lainnya akan saya dorong untuk mengembangkan budidaya patin. Kemudahan perizinan usaha akan diberikan bagi investor yang tertarik membangun pabrik pengolahan di Kalteng,” tegas Teras.

Panen perdana patin di kolam percontohan diperkirakan menghasilkan 2 sampai 3 ton. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari peran para ahli budidaya di BBAT (Balai Budidaya Air Tawar) Mandiangin Kalsel, yang memulai program pembangan patin di lahan gambut sejak Maret 2009. Kepala BBAT Mandiangin, Endang Mudji Utami menjelaskan, instalasi budidaya ikan lahan gambut lahannya diserahterimakan dari Pemerintah Kabupaten Pulau Pisau kepada Ditjen Perikanan Budidaya DKP. Luas lahan intalasi buidaya yang diserahterimakan sekitar 22 hektar. Ada 12 kolam percontohan diisi ikan patin dan 3 kolam diisi ikan nila. Masing-masing seluas 600 m2.

Lebih lanjut, Endang mengatakan, 9 kolam diisi 3 ribu ekor, 4.200 ekor, dan 6 ribu ekor dengan ukuran benih 5 sampai 8 cm. Lama pemeliharaan 7 bulan, panen ukuran rata-rata 600 gram per ekor, dan tingkat kematian sekitar 20%. Kemudian ada 1 kolam yang awalnya diisi patin ukuran 600 gram per ekor, kini dipanen dengan ukuran 2 kg per ekor. Tingkat kematiannya sekitar 10%.TROBOS
[ ... ]
 

©2009 Mina Lestari | by BDA