Senin, 22 Februari 2010

AGAR NILA TAK BAU LUMPUR


Lakukan budidaya di kolam air deras dan gunakan probiotik

Hujan masih enggan meninggalkan Subang meski sudah sejak pagi membuat kabupaten tersebut kuyup. Arus Sungai Cibulakan pun jadi deras cenderung bergolak. Alih-alih menimbulkan ketakutan?sebagaimana kekhawatiran warga Jakarta akan terjadi banjir jika melihat derasnya arus Sungai Ciliwung?pembudidaya ikan di sekitar sungai yang terletak di kaki Gunung Ciremai itu justru bersuka cita. Pasalnya, arus sungai yang deras tersebut bisa dimanfaatkan untuk budidaya ikan nila di kolam.

Bukannya tanpa alasan, budidaya ikan nila di air deras memiliki banyak keunggulan dibandingkan budidaya ikan nila di waduk atau di kolam tergenang. Emma Dolly Raphen, Marketing Commercial Fish PT CP Prima menyebutkan, ukurannya bisa lebih besar, daging lebih kenyal dan terutama tidak bau lumpur. Alasan terakhir inilah yang membuat ikan nila dari kolam air deras Subang bisa menembus swalayan-swalayan dan restoran-restoran penyaji makan akuatik di Jakarta dan sebagian Jawa Barat. Bahkan permintaan nila yang tak berbau umpur ini menurut Emma dari waktu ke waktu terus meningkat.

Bau Lumpur

Ya, budidaya ikan nila yang tak berbau lumpur saat ini memang bukan hal yang tak mungkin dilakukan. Setidaknya, Emma telah membuktikan hal tersebut selama lebih dari dua tahun terakhir. ?Kuncinya adalah dengan memelihara ikan nila di kolam air deras,? katanya kepada TROBOS ketika berada di lokasi budidaya nila di kolam air deras di Desa Cijambe, Kecamatan Cijambe, Subang. Dia menambahkan, bau lumpur pada ikan nila disebabkan oleh keberadaan sejenis alga Cyanophyceae (blue green algae/alga hijau biru).
Sementara itu lebih rinci, Hendi dari Pusat Kesehatan Akuatik PT CP Prima menjelaskan dalam surat elektroniknya, bau lumpur kerap ditemukan pada ikan yang dipelihara di waduk atau di kolam tanah. Pada perairan tersebut, selama masa budidaya umumnya ditemukan banyak plankton yang mati. Diantaranya adalah jenis blue green algae. Alga hijau biru yang mati ini kemudian akan terdekomposisi dan mengeluarkan racun yang disebut geosmin. Geosmin inilah yang menyebabkan timbulnya bau lumpur pada ikan.
Oka Arsana, Marketing Commercial Fish PT CP Prima menambahkan, alga hijau biru sebenarnya tak hanya ditemukan di waduk atau kolam tanah. ?Di kolam air deras juga ada, tapi dia hanya numpang lewat dan tidak sempat mati,? katanya. Sedangkan di waduk atau kolam tanah, jika alga hijau biru sudah ditemukan mendominasi, maka seterusnya alga tersebut akan mendominasi perairan itu. Ini artinya, populasi alga hijau biru itu akan berkembang dengan pesat dan tak terkendali (sering disebut blooming blue green algae) dan menghambat pertumbuhan jenis fitoplankton yang lain. Dari sini, kemudian terjadi persaingan nutrisi makanan antara alga hijau biru yang populasinya sangat padat tersebut. Alga hijau biru yang kalah dalam persaingan itu akan mati hingga kemudian mengeluarkan geosmin, penyebab bau lumpur pada ikan.
Hendi menyebutkan, faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya blooming algae antara lain karena kualitas air yang jelek misalnya karena adanya bahan organik yang tinggi, sementara rasio N/P justru rendah, CO2 rendah, pH tinggi dan suhu air di atas 290C. Selain itu juga karena adanya perubahan cuaca yang membuat stratifikasi suhu (perbedaan suhu antar lapisan air di kolam). Jenis fitoplanktonnya adalah Oscilatoria, Anabaena dan Mycrosystis. Fitoplankton-fitoplankton tersebut bisa mengambil N secara langsung dari udara.

0 komentar:

Posting Komentar

 

©2009 Mina Lestari | by BDA