Kamis, 30 September 2010

KELAYAKAN INVESTASI USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG




Kelayakan Investasi: Untuk menentukan kelayakan finansial dari usaha budidaya ikan bandeng dengan jaring apung dilakukan analisis dalam beberapa kriteria meliputi periode pengembalian (pay-back periods, PBP), rasio manfaat biaya (benefit cost ratio, BCR), nilai tunai neto (net present value, NPV), tingkat penghasilan internal (internal rate of return, IRR), dan titik impas (break-event point, BEP). Hasil analisis kelayakan usaha pembesaran bandeng dengan petak tambak dan dengan jaring apung dapat dilihat pada tabel berikut.

Hasil analisis pada Tabel menunjukkan, usaha pembesaran bandeng dalam tambak mampu mengembalikan seluruh modal investasi dalam waktu 2.4 tahun. Sementara itu, budidaya bandeng dengan jaring apung mampu mengembalikan seluruh modal investasi dan modal kerja baik komponen kredit maupun modal sendiri dalam waktu kurang dari dua tahun

Hasil Analisis Budidaya Pembesaran Ikan Bandeng dengan Petak Tambak dan Jaring Apung


Petak Tambak 1 ha

(1 musim = 5 bulan)

Jaring Apung 2 Unit

(1 musim = 4 bulan)

PBP (tahun)

2,40

2,19

BCR (DF = 19% pa)

1,59

2,15

NPV (DF = 19% pa)

12.419.691

118.648.777

IRR

33%

51%

BEP Vol (Kg)

2294,19

8923,40






Rasio manfaat biaya neto (BCR) pada usaha pembesaran dengan tambak dan jaring apung, masing-masing adalah 1.59 dan 2.15. Sementara itu, nilai tunai neto (NPV), IRR, dan BEP investasi usaha pembesaran dengan tambak masing-masing adalah sebesar Rp 12.419.691,-, 33 %, dan 2.294.19 kg. Sedangkan untuk jaring apung bandeng, ketiga nilai tersebut masing-masing Rp, 118.648.777-, 62%, dan 8923.4 kg.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas tiap-tiap kriteria kelayakan dilakukan untuk mengetahui perubahan nilai kelayakan yang terjadi dalam merespon perubahan dalam harga jual ikan per kilogram, serta perubahan dalam biaya operasional. BCR dan NPV dihitung pada tingkat diskonto (discount rate) 19 persen per tahun atau masing-masing 7.9 persen per musim untuk usaha tambak dan 6.3 persen per musim untuk usaha jaring apung bandeng. Hasil analisis sensitivitas dapat dilihat pada .
Hasil Analisis Sensitivitas Budidaya Tambak Ikan Bandeng

(Skala 1 ha)

Uraian

Sensitivitas

1)

2)

3)

4)

PBP (musim)

3,12

3,10

3,15

3,15

BCR (DF = 19% pa)

1,18

1,19

1,17

1,17

NPV (Rp 000)

539.542

831.391

284.166

211.343

IRR

0,20

0,20

0,19

0,19

BEP Vol (Kg)

2.493,67

2.294,17

2.294,16

2.294,17


Keterangan :

Sensitivitas 1 : Penurunan harga jual sebesar 12 %

Sensitivitas 2 Kenaikan Biaya Operasional sebesar 15 %

Sensitivitas 3 Kenaikan Harga Pakan 24 %

Sensitivitas 4 Tingkat kematian ikan naik 12 %



Hasil Analisis Sensitivitas Budidaya Ikan Bandeng Jaring Apung Skala 2 Unit


Sensitivitas

1)

2)

3)

4)

PBP (musim)

3,39

3,40

3,38

3,36

BCR (DF = 19% pa)

1,14

1,13

1,14

1,14

NPV (Rp 000)

1.379.166

463.544

1.266.968

615.535

IRR

0,19

0,19

0,19

0,19

BEP Vol (Kg)

8.923,25

8.923,24

8.923,24

8.923,25



Keterangan:

Sensitivitas 1 ; Penurunan harga jual 8 %

Sensitivitas 2 , Kenaikan Biaya Operasional % 10 %

Sinsitivitas 3 ;Kenaikan Harga Pakan 18%

Hasil Panen Turun 9 %



Dari hasil perhitungan uji sensitivitas seperti yang diperlihatkan pada Tabel diketahui bahwa baik budidaya bandeng dengan tambak maupun dengan jaring apung mempunyai kondisi finansial yang cukup baik. Beberapa perubahan yang dilakukan dalam perhitungan tersebut menunjukkan bahwa usaha budidaya bandeng tersebut tetap layak. Produktivitas per kolam yang sangat tinggi membuat usaha budidaya bandeng di jaring apung relatif lebih sensitif dibanding budidaya di kolam tambak. Demikian juga dengan adanya perubahan (kenaikan) biaya operasional.

Sumber:
http://binaukm.com/2010/04/kelayakan-investasi-dalam-usaha-budidaya-ikan-bandeng...

0 komentar:

Posting Komentar

 

©2009 Mina Lestari | by BDA